Friday, March 8, 2013

STRATEGI MELAWAN TB DENGAN DOTS (1): PENDAHULUAN


Melanjutkan posting Melacak perjalanan Mycobacterium tuberculosis dalam tubuh manusia (1) dan (2),  Andaikan Hippocrates hidup lagi, dan berkunjung ke salah satu puskesmas di Indonesia, melihat pasien TB yang berobat rawat jalan, mungkin ia akan merasa malu. Sebagai panutan pada masa lalu ia pernah menasihati kolega-koleganya untuk tidak menangani pasien “Phthisis” (TB) yang sudah berada pada tahap lanjut. Percuma, karena tidak akan sembuh. Salah-salah malah reputasi dokter yang hancur karena gagal menyembuhkan pasien.
 
Demikian pula andaikan Hermann Brehmer masih hidup, mungkin ia akan mengangguk-anggukkan kepala sambil menepuk pundak petugas pengawas minum obat: “Bener enggak kata gue”. Barangkali ia akan bilang begitu. Disertasinya yang dibuat tahun 1854 (110 tahun sebelum Streptomycin ditemukan) adalah: TB penyakit yang dapat disembuhkan. Selanjutnya ia akan geleng-geleng kepala melihat pasien TB berobat jalan dalam jangka waktu yang hanya 6 bulan. Karena sebagai pendiri Sanatorium pertama di Gorbersdorf (Polandia) pada tahun 1863, penderita TB harus beristirahat lama di tempat yang berudara segar, dengan harapan melalui istirahat dan gizi cukup daya tahan tubuh mampu melawan bakteri TB. Kapan akan sembuh, tidak ada batas waktunya.
 
Kalau ada yang kecewa, mungkin Selman A. Waksman, andaikan ia juga ikut berkunjung ke Puskesmas bersama Hippocrates dan Brehmer. Waksman telah meneliti sejak 1914. Tahun 1943 ia berhasil menemukan Streptomycin dari jamur Streptomyces griseus. Setelah sukses dengan percobaan binatang, maka pada tanggal 20 Nopember 1944 dicobakan untuk pertama-kalinya pada penderita TB dengan hasil “sukses”. Ketika ia mengamati paket OAT (Obat Anti TB) yang merupakan obat kombinasi, terlontar pertanyaan kepada petugas Puskesmas: “Lha Strepto saya mana?” Waksman mungkin tidak sempat tahu bahwa monoterapi dengan streptomycin saja, Mycobacterium tuberculosis mampu melakukan langkah-langkah yang membuatnya kebal (resisten) terhadap Streptomycin.
 
 
 
OBAT TUNGGAL VS OBAT KOMBINASI
 
Monoterapi (obat tunggal) ternyata mudah menimbulkan resistensi. Obat-obat baru pun muncul setelah lahirnya Streptomycin: Para-aminosalicylic acid (PAS), pyrazinamide, isoniazid (INH), cycloserine, ethambutol dan rifampicin, berturut-turut pada tahun 1949, 1952, 1954, 1955,  1962 dan 1963.
 
Ada tiga hal yang harus dimiliki obat TB: (1) kemampuan antibakteri (2) Kemampuan mencegah resistensi dan (3) kapasitas membunuh bakteri yang intraseluler. Dengan demikian kata kunci Obat Anti TB adalah: Obat baru dan Terapi kombinasi.
 
Monoterapi harus ditinggalkan karena mudah terjadi resistensi. Kombinasi empat obat: Isoniazid, Rifampicin, Pyrazinamide dan Ethambutol saat ini dipandang efektif. Jangka waktu pengobatan bisa diperpendek dari 2 tahun menjadi hanya 6-8 bulan saja.
 
 
OBAT ANTI TB: OBATNYA STANDAR, ORANGNYA TAAT
 
Yang harus diperhatikan adalah “ketaatan penderita”. Berhenti berobat sebelum waktunya, masih baik kalau hanya kambuh saja penyakitnya. Tetapi kalau kemudian yang terjadi adalah timbulnya TB yang resisten obat (mulai MDR-TB sampai XDR-TB), masalahnya akan lebih ruwet lagi. Obatnya pun standar, seperti yang disebut di atas.
 
Obat lepas-lepas yang tidak standar selain kemungkinan tidak menyembuhkan juga berisiko menimbulkan resistensi. Obat tidak standar dan diminum tidak tuntas tentunya berisiko mengerikan.Oleh sebab itu, sekali kita mulai minum OAT maka harus berikrar untuk menyelesaikan sampai tuntas. Walaupun tidak usah pakai sumpah dan menandatangani pakta integritas.
 
Masih banyak hal-hal yang menyebabkan obat tidak masuk ke mulut pasien, atau pasien mendapatkan obat yang tidak standar. Hal ini dapat dibaca pada posting Barrier penghalang kesembuhan TB Paru (1): Faktor Individu dan masyarakat dan Barrier penghalang kesembuhan TB Paru (2): Sistem Kesehatan
 
 
TB: GLOBAL EMERGENCY
 
Obat kombinasi memberikan hasil yang menggembirakan dengan menurunnya insidens dan angka kematian akibat TB. Walau demikian pada 1980an akhir situasi TB di tingkat global mulai mengkhawatirkan lagi. Adanya TB Resisten obat menyebabkan situasinya semakin mengkhawatirkan.
 
Oleh sebab itu pada tahun 1991 dalam resolusi WHA disebutkan bahwa TB merupakan “major global public health problem”. Selanjutnya pada tahun 1993 WHO mendeklarasikan TB sebagai “Global Emergency” dan menyerukan kolaborasi internasional untuk memerangi TB. Setahun kemudian, 1994,  strategi baru untuk mengendalikan TB diluncurkan. Strategi tersebut selanjutnya dikenal dengan strategi DOTS.
 
DOTS adalah singkatan dari Directly Observed Short Course Treatment. Intinya pemberian obat jangka pendek dengan pengawasan langsung, dengan lima komponen utama yang benar-benar harus dilaksanakan, yaitu:
 
  • Secure political commitment, with adequate and sustained financing
  • Ensure early case detection, and diagnosis through quality-assured bacteriology
  • Provide standardized treatment with supervision, and patient support
  • Ensure effective drug supply and management
  • Monitor and evaluate performance and impact


PENUTUP

DOTS bukan obat tetapi strategi pengobatan: (1) Ada komitmen politis sehingga pendanaan dapat dijamin keberlangsungannya (2) Penemuan dan diagnosa dini dengan pemeriksaan bakteriologis yang bermutu (3) Pemberian obat yang terstandar, dengan pengawasan dan dukungan pasien (4) Manajemen dan suplai obat yang efektif dan (5) Monitoring dan evaluasi kinerja dan dampak.

Dilanjutkan ke STRATEGI MELAWAN TB DENGAN DOTS (2): KOMITMEN POLITIS

TULISAN INI ADALAH EPISODE KE 1 DARI 7 TULISAN

1. Strategi melawan TB dengan DOTS (1): Pendahuluan
2. Strategi melawan TB dengan DOTS (2): Komitmen politis
3. Strategi melawan TB dengan DOTS (3): Deteksi dan diagnosa dini
4. Strategi melawan TB dengan DOTS (4): Obat standar dan dukungan pasien
5. Strategi melawan TB dengan DOTS (5): Suplai dan manajemen obat
6. Strategi melawan TB dengan DOTS (6): Monitoring dan evaluasi
7. Strategi melawan TB dengan DOTS (7): Kesimpulan

Rujukan Bacaan:

http://who.int/tb/dots/whatisdots/en/index.html
http://who.int/tb/strategy/stop_tb_strategy/en/index.html
http://www.info.gov.hk/tb_chest/contents/c12.html

No comments:


Most Recent Post