Monday, March 11, 2013

STRATEGI MELAWAN TB DENGAN DOTS (3): “DETEKSI DAN DIAGNOSA” DINI

 
Bila kita putar jarum jam ke belakang dan kembali pada titik 111 tahun setelah Robert Koch menemukan Mycobacterium tuberculosis, pada tahun tersebut WHO menetapkan Tuberkulosis sebagai “Global Health Emergency”. Harus diakui bahwa pada masa-masa sebelum 1993 penegakan diagnosa TB paru seolah semena-mena. TB bisa merupakan vonis tanpa bukti. Batuk lama bisa langsung didiagnosa TB.

Dengan strategi DOTS maka diagnosa harus ditegakkan berdasar bukti. Kaitannya akan amat erat dengan pengobatannya nanti yang harus terstandar dan disupervisi. Kita tidak boleh kecolongan lagi dengan munculnya TB resistan obat: MDR TB dan lebih parah lagi XDR TB. Amanat dalam strategi DOTS adalah: Deteksi dan diagnosa dini dengan pemeriksaan bakteriologi yang berkualitas.
 
 
PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIS
 
Penegakan diagnosa TB yang direkomendasikan adalah melalui pemeriksaan bakteriologis yang dimulai dengan pemeriksaan sputum secara mikroskopis, bisa dilanjutkan dengan pembiakan (kultur) dan DST (Drug Susceptibility Test) sesuai indikasi.
 
Di tingkat puskesmas tentunya pemeriksaan mikroskopis terhadap sputum adalah satu-satunya yang harus dilakukan.
 
Deteksi dan diagnosa harus ditegakkan sedini mungkin. Dengan pengobatan dini maka kesembuhan akan lebih dijamin (tidak ada penyembuhan dini).
 
Pemeriksaan bakteriologisnya harus bermutu. Oleh sebab itu di tingkat puskesmas dilakukan pelatihan untuk petugas laboratorium yang dilanjutkan dengan evaluasi paska pelatihan, cross-check hasil laboratorium dan supervisi. Hal yang sama dilakukan di tingkat rujukan guna memperkuat jejaring diagnosa TB
 
 
MEMPERKUAT JEJARING LABORATORIUM
 
Jejaring laboratorium yang luas, dengan sarana dan prasarana lengkap, didukung petugas yang berkualitas amat penting guna memperbaiki akses terhadap pemeriksaan sputum yang berkualitas. Laboratorium Rujukan Nasional yang lengkap dan berfungsi harus pula didirikan. Memang kelihatannya beban investasi menjadi lebih berat, tetapi manfaatnya di masa depan jauh lebih bermanfaat.
 
Prinsip-prinsip jejaring laboratorium adalah: Sesuai dengan guidelines internasional, desentralisasi dalam pelayanan, komunikasi antara berbagai level anggota jejaring dan berfungsinya manajemen mutu baik  internal maupun eksternal termasuk supervisi.
 
Pelayanan biakan (kultur) dan DST harus mampu memenuhi kebutuhan rujukan dalam sistem kesehatan, meliputi Diagnosa sputum BTA negatif, diagnosa TB pada orang dengan HIV positif baik dewasa maupun anak-anaik, diagnosa dan monitoring pengobatan MDR-TB dan testing untuk survei prevalensi TB resisten obat.
 
 
KESIMPULAN
 
Saat ini diagnosa TB ditegakkan dengan pemeriksaan bakteriologis. Kualitas laboratorium dan keutuhan jejaringnya harus dipertahankan. Pengobatan hanya ditentukan oleh diagnosa bakteriologis. Salah diagnosa bisa mengakibatkan pasien yang seharusnya diobati menjadi tidak mendapat obat atau sebaliknya, pasien yang tidak perlu obat justru diberi obat. Jejaring laboratorium untuk rujukan diagnostik perannya besar sekali.
 
Oleh sebab itu disamping kelengkapan sarana dan prasarana laboratorium serta pemahaman terhadap prinsip-prinsip suatu jejaring laboratorium, perlu dilakukan pelatihan secara reguler, supervisi dan dukungan serta upaya meningkatkan motivasi petugas laboratorium.
 
Harus diakui bahwa pemeriksaan bakteriologis usianya sudah cukup lama. Penelitian demi penelitian telah dilakukan diantaranya metode diagnosa baru. Pada bulan Desember 2010 WHO telah merekomendasikan tehnologi baru Xpert MTB/RIF yang merupakan cartridge-based nucleic amplification assay yang mampu secara simultan mendeteksi Mycobacterium tuberculosis dan resistensi terhadap Rifampisin langsung dari sputum dalam waktu kurang dari dua jam. Indonesia telah mengadopsi tehnologi ini dan telah dilaksanakan di beberapa propinsi. Selanjutnya akan dikembangkan di semua provinsi.
 
Dilanjutkan ke STRATEGI MELAWAN TB DENGAN DOTS (4): OBAT STANDAR DENGAN PENGAWASAN DAN DUKUNGAN PASIEN
 
TULISAN INI ADALAH EPISODE KE 3 DARI 7 TULISAN
 






RUJUKAN BACAAN

http://who.int/tb/strategy/stop_tb_strategy/en/index.html

http://www.who.int/tb/laboratory/mtbrifrollout/en/index.html

No comments:


Most Recent Post