Pada posting Melacak perjalanan Mycobacterium tuberculosis dalam tubuh manusia (1) dikisahkan bahwa Mycobacterium
tuberculosis yang menempuh perjalanan udara berkendaraan droplet nuclei telah
mendarat dengan selamat di alveoli. Disinilah medan pertarungan abadi antara
bakteri TB dengan manusia dimulai.
LANDING DI ALVEOLI
Di alveoli sebagian dari
bakteri TB terbunuh, dan sisanya yang hidup memperbanyak diri di dalam alveoli,
selanjutnya memasuki akan memasuki aliran darah menuju ke seluruh tubuh, napak
tilas perjalanan nenek moyangnya pada jaman dulu kala. Tempat yang disukai
adalah bagian atas paru-paru, tetapi juga bisa ke ginjal, otak dan tulang. Sistem
kekebalan tubuh yang terdiri dari sistem sel dan jaringan dalam hal ini tidak
tinggal diam. Dalam 2-8 minggu mereka menyusun kekuatan, macrophage yang
diproduksi sistem kekebalan bekerja mati-matian guna menghambat
perkembangbiakan dan penyebaran bakteri TB.
TB LATEN
Macrophage berhasil
menghambat penyebaran Mycobacterium tuberculosis. Macrophage berhasil melakukan
pagar betis sehingga bakteri TB tidak bisa melanjutkan perjalanannya. Dalam
kondisi ini yang terjadi adalah TB Laten.
Pengertian sederhana dari
TB laten adalah: Ada Mycobacterium tuberculosis dalam tubuh manusia, tetapi
sistim kekebalan tubuh dapat melakukan containment dan membuatnya inaktif.
Orang dengan TB Laten tidak menunjukkan gejala-gejala umum TB seperti batuk,
demam dan penurunan berat badan. Bila diperiksa dahaknya hasilnya akan negatif,
pemeriksaan sinar X juga tidak menunjukkan kelainan paru.
Jejak bakteri TB
hanya bisa diketahui dengan tes tuberkulin. Yang agak menggembirakan adalah:
Orang dengan TB laten tidak menularkan penyakit.
Gambar di atas diambil
dari Self-Study Modules on Tuberculosis (modul 1) dengan mengambil contoh:
alveoli.
PERTAHANAN PATAH
Tidak selamanya sistem
kekebalan tubuh mampu menahan bakteri TB. Kekuatan bisa turun karena berbagai
sebab.
Secara umum risiko TB Laten menjadi aktif terjadi pada kondisi-kondisi
seperti: berat badan di bawah normal, sebelumnya pernah menderita TB, penyakit
kanker tertentu, silikosis, pengobatan jangka panjang dengan obat-obat
imunosupresif, penyakit ginjal berat, diabetes mellitus dan orang dengan HIV
positif.
Dua hal yang perlu
mendapat perhatian untuk saat ini adalah bahwa menurut CDC Atlanta, risiko TB
Laten menjadi TB aktif untuk orang dengan TB tanpa faktor risiko adalah 10 %
sepanjang hidupnya. Untuk penderita TB dengan Diabetes mellitus risiko ini
meningkat menjadi 30 persen selama hidupnya. (Tuberkulosis dan Diabetes mellitus: Tantangan baru). Yang paling tinggi risikonya adalah penderita TB
dengan HIV, yaitu 7-10% setiap tahunnya.
Apa yang terjadi bila
sistem pertahanan tubuh menurun? Mycobacterium tuberculosis seolah terbangun
dari tidur lamanya dan bergerak membobol pertahanan macrophage, memperbanyak
diri dan menyebar. Kejadian ini bisa terjadi di alveoli, tulang, otak maupun
ginjal, tetapi yang bisa menular ke orang lain adalah yang berada di alveoli
paru.
Bila penderita batuk, bersin dan lain-lain hal yang terjadi pemompaan
udara keluar dari-paru-paru, maka melalui droplet nuclei, Mucobacterium
tuberculosis akan menumpang keluar, melanjutkan perjalanannya mencari korban
baru.
Gambar di atas diambil
dari Self-Study Modules on Tuberculosis (modul 1) dengan mmengambil contoh:
alveoli.
EPILOG
10 % dari orang dengan TB
Laten yang mempunyai sistem imun normal berpeluang menjadi TB aktif sepanjang
hidupnya.
Seorang dengan TB aktif dapat menular ke 10-15 orang setiap tahunnya.
Bukan untuk menakut-nakuti, tetapi untuk diwaspadai. Keberhasilan program
pengendalian TB saat ini bukan untuk membuat kita terlena.
Ribuan tahun telah
kita lewatkan bersama TB, sudah saatnya kita tuntaskan dengan upaya bersama
untuk mengeliminasi TB menuju “a world free of TB”.
Dilanjutkan ke STRATEGI MELAWAN TUBERKULOSIS DENGAN DOTS (1): PENDAHULUAN
Rujukan bacaan:
Self-Study Modules on Tuberculosis (Modul 1), Centers for Disease Control and Prevention, National Center
for HIV/AIDS, Viral Hepatitis, STD, and TB Prevention Division of Tuberculosis
Elimination, 2008
Avoiding Tuberculosis, The Health Academy, World Health Organization, 2004
No comments:
Post a Comment