Seperti
telah disebutkan dalam posting HIV/AIDS: Sel CD4 dan Sistem kekebalan Tubuh,
kedudukan Sel CD4 dalam sistem pertahanan tubuh amatlah penting.
WHO menyebut: CD4+ T-cells are also known as helper
T-cells and act as a co-ordinator of the immune response.
Sementara aidsmeds.com menyebut: Helper T-Cells (also called T4 or
CD4+ cells) help other cells destroy infective organisms. Sedangkan aids.gov
menuliskan: CD4 cells or T-cells are the
“generals” of the human immune system Helper
T-Cells.
Sel CD4 adalah jenderal yang mengkoordinir sistem
imun tubuh dalam menghancurkan organisme infektif yang masuk. Masalahnya adalah
yang diserang virus HIV justru sel CD4 ini. Dengan dilumpuhkannya sel-sel CD4
maka sistem kekebalan tubuh menjadi kehilangan komando sehingga terjadi
kelemahan pada seluruh sistem imun tubuh.
Mengetahui jumlah sel CD4 dalam kaitan dengan
infeksi HIV/AIDs menjadi amat penting dalam upaya kita mengetahui:
1.
Seberapa besar kekuatan pertahanan tubuh yang masih
ada
2.
Kapan kita harus memulai pengobatan dengan ARV
3.
Memantau dampak pengobatan dengan ARV
JUMLAH NORMAL SEL CD4
Jumlah sel CD4 dihitung dalam milimeter kubik darah,
bisa manual dengan mikroskop atau otomatis dengan cytometer. Angka normal
bervariasi, ada yang menyebut 600-1200; 500-1000; 500-1500 dan 1400-1500 per mm
kubik darah. Dapat disimpulkan bahwa angka normal adalah di atas 500 per mm
kubik darah.
Makin tinggi jumlah sel CD4 berarti makin baik
sistem imun kita. Sebaliknya makin rendah jumlah sel CD4 berarti makin rendah
daya tahan tubuh kita. How low is low
sehingga kita harus memulai pengobatan dengan ARV ada banyak pendapat. Ada yang
memberi batas di bawah 500 sudah perlu diberikan pengobatan, tetapi pada
umumnya mengatakan bahwa pengobatan dengan ARV dimulai bila CD4 count ada pada
angka 350 atau lebih rendah.
BERBAGAI PERTIMBANGAN
The
U.S. Department of Health and Human Services menyarankan ARV diberikan pada
angka CD4 350 atau lebih rendah karena pada jumlah tersebut tubuh mulai rentah terhadap infeksi oportunistik. Sementara
ahli yang lain berpendapat bahwa akan lebih mudah mengontrol jumlah Sel CD4
apabila ARV sudah diberikan pada jumlah CD4 di atas 350. Sedangkan CDC Atlanta
(yang dikutip aids.gov) tidak menyarankan ARV diberikan sepanjang jumlah Sel
CD4 masih dalam batas-batas normal kecuali dalam kondisi tertentu misalnya
kehamilan. Pada intinya, kebijakan klinis akan menjadi pertimbangan kapan ARV
diberikan.
Ketersediaan
obat yang cukup adalah syarat mutlak pengendalian HIV AIDS. Tidak boleh terjadi
“stock-out” adalah kata kuncinya. Berarti harus memperhitungkan buffer stock untuk mengantisipasi
peningkatan jumlah yang membutuhkan ARV maupun jumlah yang perlu diberikan ARV
di atas angka “cut-off’ 350 atau angka lain yang ditetapkan Kementerian
Kesehatan. Risikonya akan ada “obat sisa” yang memang harus terjadi sebagai
konsekwensi tidak boleh terjadi stock-out. Auditor perlu diberi penjelasan
sehingga tidak dianggap sebagai “kerugian negara”.
KESIMPULAN
Pemeriksaan
jumlah Sel CD4 direkomendasikan setiap 3-6 bulan dengan tujuan memantau dampak
pengobatan. Perlu dicatat karena masih ada salah pemahaman, bahwa pemeriksaan Sel CD4 bukan pemeriksaan
diagnostik HIV AIDS.
Harapan
dari pengobatan dengan ARV adalah meningkatnya jumlah Sel CD4 setinggi mungkin.
Hal ini berarti meningkatnya daya tahan tubuh, quality of life dari ODHA akan meningkat dan lebih aman dari
serangan infeksi oportunitistik. .
Meningkatnya
jumlah Sel CD4 logikanya akan diikuti menurunnya jumlah partikel virus HIV.
Sebaliknya bila Sel CD4 menurun maka viral load meningkat. Penghitungan jumlah
Sel CD4 dan Viral Load menjadi dua pemeriksaan yang amat penting dalam
follow-up pengobatan dengan ARV. Dilanjutkan
ke HIV/AIDS: CD4 Count dan Viral Load
TULISAN TERKAIT
Rujukan Bacaan:
TULISAN TERKAIT
Rujukan Bacaan:
http://aids.gov/hiv-aids-basics/just-diagnosed-with-hiv-aids/understand-your-test-results/cd4-count/
No comments:
Post a Comment