Friday, January 25, 2013

UNIVERSAL ACCESS (7): DELAPAN SIMPUL YANG PERLU MENDAPAT PERHATIAN


Dari penjabaran Box 1.3 Towards Universal Access: Scaling up priorityHIV/AIDS interventions in the health sector, WHO 2009 melalui 7 tulisan terdahulu, telah kita dapatkan simpul-simpul yang perlu yang perlu diurai dalam upaya kita untuk “scaling up” intervensi bidang kesehatan yang diperlukan.
 
Ceriteranya memang untuk HIV AIDS tetapi dapat dilaksanakan untuk semua program kesehatan: Tidak hanya HIV, melainkan juga untuk TB, Malaria dan penyakit lainnya termasuk penyakit tidak menular.
 
Simpul yang perlu mendapat perhatian adalah:

1.    Reachability: Terkait dengan kemudahan menjangkau sarana pelayanan kesehatan
2.    Affordability: Terkait dengan kemampuan ekonomi penderita
3.   Acceptability: Terkait dengan penerimaan sesuai sosio-kultural masyarakat atas pelayanan yang disediakan
4.   Supply: Terkait dengan jenis dan mutu pelayanan yang disediakan oleh pemberi pelayanan
5.    Demand: Terkait dengan jenis pelayanan yang diinginkan masyarakat
6.    Health Seeking Behavior: Terkait dengan perilaku masyarakat dalam upaya mereka mencari pelayanan kesehatan

Nomor 1 s/d 3 akan menghasilkan “Availability”. Kurang satu berarti pelayanan “belum available”. Nomor 4 s/d 6 akan menghasilkan “Coverage". Bila ke enam hal tersebut dapat dipenuhi barulah coverage akan dicapai sesuai dengan yang diharapkan.
 
Impact dan outcome adalah hasil dari coverage. Guna mencapai outcome dan impact ada dua simpul yang perlu mendapat perhatian yaitu (1) Efektifitas dan (2) Efisiensi pelaksanaan kegiatan. Dengan demikian kita dapatkan 8 simpul yang bagan alurnya dapat dilihat pada gambar di bawah:
 
 
 
DAPAT DIGUNAKAN SEBAGAI “TOOL” MONTORING DAN EVALUASI
 
Bagan alur di atas dapat digunakan untuk memperoleh potret cepat masalah pelayanan kesehatan yang terjadi di suatu wilayah, untuk selanjutnya dikembangkan lebih detail. Kita ambil contoh mengapa Coverage dan Success rate (Outcome) program TB baik?

1.   Di tingkat “Availability” tidak ada masalah. Hampir 100 persen puskesmas menyediakan pelayan TB. Sudah pasti “affordable” karena tidak dipungut biaya. Demikian pula akseptabilitas masyarakat terhadap program TB adalah baik. Tidak ada hambatan sosio-kultural di kalangan masyarakat.

2.    Di tingkat Coverage amat baik. Sasaran MDGs 2015 sudah dicapai beberapa tahun lalu: Coverage pengobatan di atas 70 persen dari sasaran. Hal ini karena semua puskesmas memberikan pelayanan dengan suplai yang sesuai. Semuanya tersedia: tenaga, obat, laboratorium, disamping itu dilakukan pengawasan memakan obat yang dilaksanakan masyarakat. Tidak pernah terjadi stock out obat, dan demand masyarakat baik karena kesadaran sudah tinggi. Health seeking behavior umumnya mengarah ke Puskesmas. Kalau ada yang ke dukun karena dianggap batuk darah akibat guna-guna, hal ini kasuistik, tidak banyak lagi terjadi.

3.    Di tingkat “Outcome” (kita belum sampai ke impact) angka kesembuhan tinggi dan sudah melampaui target MDGs 2015 yaitu 85%. Hal ini karena konsistensi menggunakan strategi DOTS dengan pengawasan langsung oleh masyarakat/keluarga, sehingga angka putus obat amat rendah. Dengan demikian pengobatan TB amant efektif.

4.   Disisi lain kita tidak boleh terlena dengan keberhasilan. Ancaman timbunya resistensi obat (MDR dan XDR TB) cukup tinggi. Hal ini juga dapat dilacak dengan “tool” ini. Timbulnya MDR karena pengobatan standar dengan strategi DOTS tidak lagi efektif. Mengapa tidak efektif antara lain karena penderita berobat tidak teratur, menghentikan pengobatan sebelum waktunya, diberikan obat yang tidak standar, tidak ada pengawasan pengobatan dan lain-lain. Hal ini dapat dilacak apakah sebabnya dari faktor pasien, atau dari pemberi pelayanan. Kalau dari pemberi pelayanan (pengoibatan modern) apakah dari Puskesmas, RS atau dokter praktek swasta.

Contoh “Efisiensi” adalah dari progam pengendalian malaria. Pelaksanaan distribusi kelambu dilaksanakan bekerjasama dengan program KIA dan Imunisasi. Efisien bagi petugas, efisien pula bagi masyarakat. Hasilnya adalah Annual Parasite Index (API) malaria semakin menurun dan sudah mendekati sasaran MDGs. Keberhasilan ini karena didukung coverage yang baik. Coverage yang baik karena demand masyarakat dapat diimbangi dengan suplai yang cukup.
 
Demikian seterusnya. Kita bisa menggunakan “tool” ini bolak-balik dari atas maupun dari bawah. Kita bisa menemukan dimana letak keberhasilan dan kalau belum berhasil dimana terjadi blocking sehingga dapat dilakukan health system response yang sesuai.
 
 
KESIMPULAN
 
Delapan simpul yang dapat digambarkan dalam sebuah bagan alur di atas dapat digunakan sebagai acuan untuk membantu pelaksanaan supervisi manajerial maupun teknis. Kita bisa melakukan assessment lebih cepat untuk mengerucutkan masalah: Simpul yang lemah dapat diketahui, sehingga dalam jangka pendek dapat dilakukan “health system response”  dan dalam jangka menengah dapat untuk merencanakan di bagian mana perlu dilakukan  “health system strenghtening”. Petugas teknis dapat menjabarkan 8 simpul tadi dalam sebuah check-list guna efisiensi dan efektifitas supervisi. (IwMM)


  1
Universal Access
  2
Universal Access (1): Tantangannya tantangan 
  3
Universal Access (2): Banyak tempat perhentian sebelum sembuh
  4
Universal Access (3): Availability of service saja belum cukup
  5
Universal Access (4): Hal-hal yang mempengaruhi coverage
6
Universal Access (5): Pengaruh Supply, Demand dan Health Seeking Behavior terhadap Coverage
7
Universal Access (6): Outcome dan Impact dipengaruhi efektifitas dan efisiensi intervensi
  8
Universal Access (7): Delapan simpul yang perlu mendapat perhatian
 

 

 

 

No comments:


Most Recent Post