Tujuan kita secara umum adalah menncapai
coverage yang setinggi-tingginya supaya memberikan dampak epidemiologis yang
bermakna. merujuk WHO's Contribution toUniversal Access to HIV/AIDS Prevention, Care and Treatment (2006) maka
mengenai coverace disebutkan bahwa: Coverage indicates the optimal
availability and utilization, in accordance with the epidemiology, of a specific
intervention.
Bila
kita bertanya kepada masyarakat umum yang bukan penderita maupun bukan penyedia
pelayanan, misalnya: “Menurut pendapat anda, hal-hal apa yang berpengaruh
terhadap ulilisasi pelayanan kesehatan?” Maka kita akan mendapatkan banyak
jawaban yang saya coba kerucutkan dalam tiga kelompok sebagai berikut:
1. LOKASI GEOGRAFIS FASILITAS
PELAYANAN KESEHATAN
Kemudahan
menjangkau, waktu tempuh dan jarak. Tiga hal ini amat penting. Jarak bisa saja
dekat tetapi terhalang sungai dan tidak ada jembatan, sama saja dengan jauh. Jarak
tidak jauh, mudah ditempuh dalam waktu singkat tetapi lokasi puskesmas jauh
dari fasilitas umum lainnya, menyebabkan banyak waktu terbuang sia-sia untuk
urusan kebutuhan hidup lainnya. Masyarakat mungkin tidak tahu arti efisien dan
efektif, tetapi mereka telah bicara tentang hal itu: ke Puskesmas tidak hanya
efektif untuk penyakitnya tetapi juga efisen untuk kehidupannya.
2. DARI SISI PENDERITA
Banyak
hal yang dipikirkan sebelum orang melangkahkan kakinya ke Puskesmas atau Rumah
Sakit. Hampir sama dengan apa yang telah ditulis sebelum ini, intinya:
a. PENGHASILAN: Biaya pengobatan mulai
keluar rumah sampai kembali ke rumah selalu dianggap mahal, dan mungkin memang
mahal. Apakah uang saya cukup, adalah pertanyaan pertama. Disusul dengan kalau uang
saya cukup, masih sisa berapakah untuk kebutuhan sehari-hari? Seorang yang
penghasilannya dibayar atau diperoleh secara harian, dalam hal ini akan lebih
berat tanggungannya karena ia tidak memperoleh uang tetapi harus keluar uang.
b. HARAPAN: Apakah saya akan dilayani
dengan baik? Berapa lama saya harus menunggu? Apakah saya akan sembuh? Berapa
lama saya harus berobat? Harapan orang sakit sebenarnya hanya satu “sembuh
seketika” yang dalam ungkapan bahasa Jawa dikatakan dengan “tamba teka lara
lunga” (dapat dibaca pada blog saya yang lain).
c. AKSEPTABILITAS: Pelayanan kesehatan
yang disediakan belum tentu ditemima oleh masyarakat. Sosiobudaya masyarakat
dimana-mana tidak sama. Hal ini amat mempengaruhi pelayanan, misalnya: Banyak
wanita tidak mau diperiksa oleh petugas laki-laki. Ada pula wanita yang tidak
bisa pergi sendiri tanpa teman seperjalanan.
d. KETAATAN: Butir a, b dan c di atas
amat mempengaruhi ketaatan berobat. Yang jelas orang sakit sudah sampai di
fasilitas pelayanan kesehatan. Perlu dukungan keluarga dan motivasi yang
terus-menerus dari petugas kesehatan.
Peran penyedia layanan menurut pendapat masyarakat adalah yang terpenting diantara ketiga hal tersebut. Ada tiga hal utama yang perlu mendapatkan perhatian yaitu:
a. BIAYA PELAYANAN: Tentang biaya ini
manusia kadang-kadang aneh juga. Ada saudara pagi-pagi nelepon: “Mas, saya
muntah berak dan sakit perut. Dikasih obat apa?” Saya suruh dia ke Puskesmas
yang saya tahu masih dalam “walking distance” untuk orang tua dari rumahnya.
Satu jam kemudian dia nelepon lagi: “Sudah, Mas. Pelayanan baik, dokternya
ramah, tapi kok murah sekali. Apa bisa sembuh?”. Saya pikir kalau dia miskin malah
tidak bayar samasekali. Tetapi intinya semua ingin biaya serendah-mungkin. Harus
disadari bahwa harga obat dan reagensia bukannya murah. Satu-satunya jawaban
adalah sistem asuransi. Semua orang harus tercover dalam sistem jaminan
kesehatan. Untuk mereka yang miskin premi dibayar pemerintah. Untuk AIDS, TB
dan Malaria, siapapun boleh gratis di sarana kesehatan yang disediakan
pemerintah.
b. JENIS DAN MUTU PELAYANAN: Sekarang ini
jenis pelayanan (spesialistik) sudah cukup banyak. Demikian pula laboratorium
untuk diagnostik. Mutu dikendalikan dengan sistem Quality Assurance yang baik.
Akreditasi dilakukan secara berkala. Terkait dengan jenis pelayanan, orang
maunya kalau sudah pergi ke satu tempat, ya tidak usah kemana-mana lagi. Dengan
pengertian tersedia layanan yang komprehensif satu atap.
c. KINERJA PETUGAS: Hal yang paling
banyak disorot masyarakat. Bukan keahlian dan ketrampilannya, tetapi keramahan
dan disiplin waktu. Jamannya masih musim bikin Visi, Misi dan Nilai-nilai suatu
organisasi, banyak fasilitas kesehatan mem “posting” besar-besar tulisan “Salam,
Senyum dan Sapa” di lobi depan. Ada teman yang mengkritisi, dia katakan bahwa
tulisan seperti itu sia-sia saja. “Memangnya petugas tidak ramah?” tanya saya.
Ia menjawab: “Bukannya tidak ramah, tapi tidak ada”.
Bila kita gambarkan dalam sebuah bagan, dapat dilihat pada gambar di bawah:
Bila penderita adalah pelanggan dan pelanggan adalah raja, adalah pemerintah yang punya peran besar dalam mendudukkan raja di kursi yang layak. Meningkatkan fungsi Stewardship, Strenghtening of Health System sehingga mampu memberikan service yang accessible for those who need, sehingga tercapailah Universal Access, bukan Access Denied (IwMM)
1
|
|
2
|
|
3
|
|
4
|
|
5
|
Universal Access (4):
Hal-hal yang mempengaruhi coverage
|
6
|
|
No comments:
Post a Comment