Monday, January 21, 2013

UNIVERSAL ACCESS (5): PENGARUH SUPPLY, DEMAND DAN HEALTH SEEKING BEHAVIOR TERHADAP COVERAGE


Merujuk ke Box 1.3 Towards Universal Access: Scaling up priority HIV/AIDS interventions in the health sector, WHO2009, disebutkan bahwa Coverage is influenced by the supply or provision of services, and by the demand from those who need services and their health-seeking behaviour. Selanjutnya mengenai outcome dan impact: Outcome and impact are the result of coverage and depend on the efficiency and effectiveness of interventions.
 

 Tujuan jangka panjang kita adalah “impact” dari upaya pengendalian sehingga penyakit tersebut tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat.Outcome dan impact akan jauh dari tercapai bila kita tidak mati-matian merebut coverage setinggi-tingginya. Ada tiga tantangan utama dalam hal ini yaitu: Demand, Supply dan Health Seeking Behavior.
 
 
DEMAND DAN SUPPLY
 
Secara sederhana “Supply” adalah pelayanan kesehatan yang disediakan dan “Demand” adalah apa yang dikehendaki masyarakat. “Demand” dan “Supply” harus sesuai. Tetapi tidak semudah itu. Di bidang ekonomi, sepanjang supply cukup maka pelanggan akan puas. Harga juga dipengaruhi “supply” dan “demand”. Ketika iPad pertama dirilis harga bisa mencapai 10 juta rupiah karena demand tinggi. Ketika generasi berikut muncul, harga iPad generasi pertama pun turun drastis, apalagi setelah gadget sejenis dari produsen lain pun masuk ke pasar.
 
Hal tersebut tidak mungkin terjadi di bidang kesehatan masyarakat. Kalau terjadi wabah justru biaya pengobatan digratiskan, for the sake of the health of the community. Disisi lain, demand masyarakat untuk kesehatan sebenarnya tidak akan pernah terpuaskan. Demand masyarakat yang paling utama adalah “sembuh” seperti dikatakan Martin H. Fischer (1878-1962) seorang dokter dan penulis Amerika kelahiran Jerman: The patient does not care about your science; what he wants to know is, can you cure him?
 
Ada banyak prasyarat untuk sembuh. Kalau kita bicara tentang TB paru maka orang harus minum obat teratur selama sedikitnya 6 bulan. Mengenai HIV dan atau AIDS maka orang harus mau minum obat teratur (pada saat ini) selama hidup. Disamping obat maka penderita harus berperilaku hidup sehat. Misalnya istirahat cukup, makan bergizi, tidak merokok, tidak minum alkohol dll. Padahal demand masyarakat apalagi yang tidak mengerti, adalah sembuh secepatnya tanpa banyak aturan tidak boleh ini itu dan harus begini begitu.

Di negara sedang berkembang, dimana tingkat pengetahuan masyarakat khususnya tentang kesehatan masih banyak yang dibawah rata-rata, maka petugas kesehatan mempunyai tanggungjawab untuk menjelaskan kepada masyarakat bahwa “demand” mereka untuk sembuh pasti akan kesampaian. Tetapi ada “needs” yang dibutuhkan. “Needs” tersebut disediakan di sarana kesehatan. Misalnya pemeriksaan laboratorium dan obat yang harus diminum secara teratur.

Dibutuhkan kerjasama antara petugas kesehatan dan penderita dengan dukungan masyarakat. Pada akhirnya “Demand” masyarakat akan turun sesuai “needs” yang sebenarnya. Petugas kesehatan juga harus menepati janjinya, misal: Jangan sampai terjadi “stock-out” (kehabisan) persediaan obat.
 
 
HEALTH SEEKING BEHAVIOR
 
Perilaku mencari pelayanan kesehatan bisa macam-macam. Hal ini akan mempengaruhi “coverage” atau cakupan pelayanan yang harus kita berikan. Ketidak sesuaian antara “demand” dan “supply” bila tidak direspons oleh petugas kesehatan juga merupakan salah satu sebab orang sakit bertebaran ke tempat lain dalam upaya memenuhi demand mereka yang belum tentu merupakan kebutuhan yang sebenarnya untuk menyembuhkan penyakitnya.
 
Ada beberapa teori tentang Health Seeking Behavior, salah satu diantaranya adalah Socio-behavior Model, yang dikemukakan oleh Kroeger (1983) yang masih relevan untuk dijadikan acuan. Menurut Kroeger, ada tiga hal yang mendasari pilihan orang sebelum memilih pelayanan kesehatan mana yang akan dia datangi untuk menyembuhkan penyakitnya:

1.    FAKTOR PREDISPOSISI: Meliputi umur, jenis kelamin, status perkawinan, kedudukan dalam rumah tangga, jumlah keluarga dalam rumah, kelompok etnis, tingkat pendidikan, tingkat adaptasi sosio-budaya, kemampuan ekonomi dan interaksinya dalam kehidupan sosial.

2.    KARAKTERISTIK PENYAKIT DAN PERSEPSI: Penyakit akut atau kronis, berat atau ringan, persepsi mengenai penyebab penyakit dan harapan terhadap pelayanan kesehatan (baik modern maupun tradisional)

3.    KARAKTERISTIK SISTEM PELAYANAN DAN ENABLING FACTORS: Aksesibilitas, pendapat dan sikap terhadap pelayanan kesehatan (modern dan tradisional), akseptabilitas, kualitas, komunikasi dan biaya.

 Dari tiga hal tersebut maka “Choice of health care resources” akan ditentukan. Contoh sederhana apabila seorang mengalami batuk campur darah dan persepsi terhadap penyakitnya adalah akibat “guna-guna” maka sudah pasti tidak akan ke Puskesmas walau lokasinya hanya 100 meter dari rumahnya.
 
 
KESIMPULAN
 
Orang sakit akan memilih satu diantara empat seperti pada gambar di samping: Mengobati sendiri, ke pengobat tradisional, ke toko obat atau ke fasilitas kesehatan modern (Puskesmas, Balai pengobatan, Rumah Sakit)

Adalah peran sektor kesehatan untuk meningkatkan “enabling factors” sehingga akses ke fasilitas kesehatan lebih Accessible, Affordable, Acceptable sekaligus Accomodating. Demikian pula penyuluhan harus ditingkatkan untuk mengubah persepsi masyarakat yang belum mengerti. Diperlukan Healh System Response yang bijak untuk mengarahkan Health Seeking Behavior ke tempat yang seharusnya. (IwMM)

1
2
3
Universal Access (2): Banyak tempat perhentian sebelum sembuh
4
5
6
Universal Access (5): Pengaruh Supply, Demand dan Health Seeking Behavior terhadap Coverage
 7
 8
 
 
 
 

No comments:


Most Recent Post