Melanjutkan
posting PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK (2): "PRONG 1" DARI PMTCT (BAGIAN PERTAMA) disebutkan bahwa Pencegahan primer merupakan
cara paling efektif guna mencegah penularan penyakit sekaligus meminimalkan
dampak negatif pada individu, keluarga dan masyarakat.
Dengan pencegahan primer
yang baik dan konsisten maka beban pada pencegahan sekunder dan tersier akan
lebih ringan.
Oleh sebab itu dalam respons kita terhadap HIV maka pencegahan
primer harus menjadi bagian yang paling utama.
Prong 1: Primary prevention of HIV among women of reproductive age within services related to reproductive health such as antenatal care, postpartum/natal care and other health and HIV service delivery points, including working with community structures
Pencegahan primer merupakan strategi pertama dari 4 strategi yang digambarkan dalam bagan sebagai berikut:
Prong 1: Primary prevention of HIV among women of reproductive age within services related to reproductive health such as antenatal care, postpartum/natal care and other health and HIV service delivery points, including working with community structures
Pencegahan primer merupakan strategi pertama dari 4 strategi yang digambarkan dalam bagan sebagai berikut:
Pembahasan
pertama pada tulisan sebelum ini adalah PENDIDIKAN KESEHATAN DAN KONSELING.
Kita masuk pada pembahasan kedua yaitu:
2. “ABC” SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN
PRIMER
Dalam
upaya pencegahan penularan melalui hubungan seksual, kita kenal istilah ABC: Abstain, Be faithful dan Condom.
Pengertian
Abstain adalah tidak melakukan
hubungan seksual. Apa manfaat melakukan hubungan seksual bagi orang
yang belum menikah, kalau kita tidak tahu status HIV pasangan kita, ditimbang
dengan risiko tidak menyenangkan di masa depan. Jadi lebih baik abstain.
Adapun
pengertian Be faithful adalah setia
pada satu pasangan yang tetap dan tentusaja diyakini bahwa kita dan pasangan
kita status HIVnya negatif dan tidak ada risiko tertular melalui cara di luar hubungan seksual (misalnya pecandu
narkotika suntik). Sering berganti-ganti pasangan mengandung risiko besar untuk
terinfeksi HIV
Selanjutnya
yang ketiga adalah Condom. Agak
sulit bicara tentang condom dalam tulisan karena bisa multitafsir. Bicara
tentang kondom sebaiknya dalam dialog khusus. Yang jelas disini apabila salah
satu apakah yang laki-laki atau yang perempuan kebetulan HIV positif, maka
kalau mau melakukan hubungan seksual yang bertanggung jawab, perlu menggunakan
condom. Bagaimanapun condom mengurangi risiko transmisi HIV, dan akan semakin
berkurang risiko transmisinya apabila pasangan yang HIV positif juga menjalani
pengobatan dengan ARV secara konsisten.
3. DITAMBAH “D”: DRUG “NO”
Pencegahan
primer melalui “ABC” di atas rasanya masih kurang. Bisa saja terjadi sudah
setia dan tidak ganti-ganti pasangan, ternyata terinfeksi juga. Hal ini bisa
terjadi antara lain karena salah satu (pria atau wanita) adalah pecandu
narkotika suntik dengan penggunaan jarum secara bergantian.
Hati-hati
kalau terinfeksi HIVnya justru terjadi saat hamil. Viral Load amat tinggi pada
awal infeksi. Berarti risiko janin tertular juga amat tinggi (PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK (5): FAKTOR RISIKO TERJADINYA PENULARAN)
Itulah
sebabnya ABC bisa kita perkuat menjadi ABCD. Yang pertama untuk hubungan
seksual dan yang kedua untuk hubungan seksual plus salah satu cara penularan
melalui darah, yaitu penggunaan jarum suntik tidak steril secara bergantian
pada penasun (pecandu narkotika suntik).
Perlu
diperhatikan bahwa menurut data Kemenkes RI, proporsi penularan berdasar faktor
risiko yang terjadi di kalangan penasun di Indonesia secara kumulatif sejak
1987 s/d 2012 sebesar 17,5 % dan penularan melalui hubungan seks heteroseksual
sebesar 58,7 %.
4. PENCEGAHAN PENULARAN MELALUI DARAH
Terkait
dengan penggunaan jarum suntik yang tidak steril, wanita juga harus waspada dengan
alat-alat tusuk lainnya yang tidak steril. Jangan segan-segan menanyakan
sterilitas alat-alat seperti alat tindik, tato dan tusuk jarum.
Darah
donor dari PMI sudah diskrining terhadap beberapa organisme penyebab penyakit
termasuk HIV. Tidak perlu khawatir bila harus mendapatkan tranfusi darah
sepanjang menggunakan darah PMI.
4. JANGAN SAMPAI KENA INFEKSI MENULAR
SEKSUAL (IMS)
Infeksi
menular seksual, seperti Sifilis, Gonorroea dan jamur Chlamidia hendaknya
dihindari. Caranya sederhana saja: Jangan terlalu sering berganti-ganti
pasangan. IMS atau dalam bahasa Inggris disebut STI (Sexually Transmitted
Infection) mempunyai hubungan timbal balik dengan HIV. Adanya STI meningkatkan
risiko transmisi HIV, demikian pula sebaliknya, adanya infeksi HIV memperberat
STI dan menyulitkan pengobatan STI sehingga tidak dapat diobati dengan
obat-obat STI yang konvensional.
Pelayanan
pada prong 1 ini harus punya jejaring dengan pelayanan STI. Deteksi dan
pengobatan dini STI bisa menurunkan insidens HIV di populasi umum sampai 40 %.
Tersedianya pelayanan STI memberi peluang untuk penyuluhan tentang HIV dan
pencegahan penularan dari Ibu ke Anak serta merujuk penderita untuk testing dan
konseling tentang HIV.
5. DIMANA PERAN LAKI-LAKI?
Peran
laki-laki amat besar dalam mencegah seorang wanita terinfeksi HIV. Hal ini dapat
dibaca pada posting Mencegah HIV/AIDS: Peran Laki-laki sangat besar khususnya
dalam prong 1 ini.
Prong 1 memang untuk wanita usia subur, tetapi tidak boleh
dilupakan bahwa kesuburan seorang wanita terkait erat dengan kehadiran seorang
suami.
Oleh
sebab itu konseling yang dilakukan kepada seorang wanita, kalau ia sudah
bersuami maka suaminya harus dihadirkan.
Akan sulit bagi seorang wanita yang
saat ini HIV negatif tetapi di luar rumah suaminya banyak punya pasangan
seksual atau seorang penasun yang menggunakan jarum suntik secara bergantian.
Bila perlu, suami ditawari tes setelah diberikan penjelasan bahwa kesediaannya
akan amat membantu supaya istrinya melahirkan bayi yang sehat.
PENUTUP
Pencegahan
primer adalah isue untuk wanita. Mengapa demikian? Kemiskinan, kondisi sosiokultur,
rendahnya tingkat pendidikan, kurangnya akses terhadap informasi, kekerasan
terhadap wanita, semuanya akan mengarah kepada ketidak-setaraan gender yang
mengakibatkan posisi tawar wanita menjadi lemah. Dalam kondisi seperti ini
wanita lebih rentan untuk tertular HIV.
Inilah
tantangan yang sebenarnya dalam prong 1. Diperlukan uluran tangan semua pihak,
kerjasama yang terpadu semua pihak, karena HIV dan AIDS bukan masalah kesehatan
semata. Diperlukan pula tanggung-jawab laki-laki karena HIV dan AIDS juga
merupakan masalah keluarga.
Dilanjutkan
ke PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK (3): "PRONG 2" DARI
PMTCT
RUJUKAN BACAAN
Prevention of Mother-to-Child Transmission
of HIV Generic Training Package, WHO/CDC
No comments:
Post a Comment