Thursday, May 16, 2013

PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK (3): "PRONG 1" DARI PMTCT (BAGIAN KE DUA)

Melanjutkan posting PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK (2): "PRONG 1" DARI PMTCT (BAGIAN PERTAMA) disebutkan bahwa Pencegahan primer merupakan cara paling efektif guna mencegah penularan penyakit sekaligus meminimalkan dampak negatif pada individu, keluarga dan masyarakat.
 
Dengan pencegahan primer yang baik dan konsisten maka beban pada pencegahan sekunder dan tersier akan lebih ringan.
 
Oleh sebab itu dalam respons kita terhadap HIV maka pencegahan primer harus menjadi bagian yang paling utama.

Prong 1: Primary prevention of HIV among women of reproductive age within services related to reproductive health such as antenatal care, postpartum/natal care and other health and HIV service delivery points, including working with community structures

Pencegahan primer merupakan strategi pertama dari 4 strategi yang digambarkan dalam bagan sebagai berikut:
 
 
 
Pembahasan pertama pada tulisan sebelum ini adalah PENDIDIKAN KESEHATAN DAN KONSELING. Kita masuk pada pembahasan kedua yaitu:
 
 
2. “ABC” SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN PRIMER
 
Dalam upaya pencegahan penularan melalui hubungan seksual, kita kenal istilah ABC: Abstain, Be faithful dan Condom.
 
Pengertian Abstain adalah tidak melakukan hubungan seksual. Apa manfaat melakukan hubungan seksual bagi orang yang belum menikah, kalau kita tidak tahu status HIV pasangan kita, ditimbang dengan risiko tidak menyenangkan di masa depan. Jadi lebih baik abstain.
 
Adapun pengertian Be faithful adalah setia pada satu pasangan yang tetap dan tentusaja diyakini bahwa kita dan pasangan kita status HIVnya negatif dan tidak ada risiko tertular melalui cara  di luar hubungan seksual (misalnya pecandu narkotika suntik). Sering berganti-ganti pasangan mengandung risiko besar untuk terinfeksi HIV
 
Selanjutnya yang ketiga adalah Condom. Agak sulit bicara tentang condom dalam tulisan karena bisa multitafsir. Bicara tentang kondom sebaiknya dalam dialog khusus. Yang jelas disini apabila salah satu apakah yang laki-laki atau yang perempuan kebetulan HIV positif, maka kalau mau melakukan hubungan seksual yang bertanggung jawab, perlu menggunakan condom. Bagaimanapun condom mengurangi risiko transmisi HIV, dan akan semakin berkurang risiko transmisinya apabila pasangan yang HIV positif juga menjalani pengobatan dengan ARV secara konsisten.
 
 
3. DITAMBAH “D”: DRUG “NO”
 
Pencegahan primer melalui “ABC” di atas rasanya masih kurang. Bisa saja terjadi sudah setia dan tidak ganti-ganti pasangan, ternyata terinfeksi juga. Hal ini bisa terjadi antara lain karena salah satu (pria atau wanita) adalah pecandu narkotika suntik dengan penggunaan jarum secara bergantian.
 
Hati-hati kalau terinfeksi HIVnya justru terjadi saat hamil. Viral Load amat tinggi pada awal infeksi. Berarti risiko janin tertular juga amat tinggi (PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK (5): FAKTOR RISIKO TERJADINYA PENULARAN)
 
Itulah sebabnya ABC bisa kita perkuat menjadi ABCD. Yang pertama untuk hubungan seksual dan yang kedua untuk hubungan seksual plus salah satu cara penularan melalui darah, yaitu penggunaan jarum suntik tidak steril secara bergantian pada penasun (pecandu narkotika suntik).
 
Perlu diperhatikan bahwa menurut data Kemenkes RI, proporsi penularan berdasar faktor risiko yang terjadi di kalangan penasun di Indonesia secara kumulatif sejak 1987 s/d 2012 sebesar 17,5 % dan  penularan melalui hubungan seks heteroseksual sebesar 58,7 %.
 
 
4. PENCEGAHAN PENULARAN MELALUI DARAH
 
Terkait dengan penggunaan jarum suntik yang tidak steril, wanita juga harus waspada dengan alat-alat tusuk lainnya yang tidak steril. Jangan segan-segan menanyakan sterilitas alat-alat seperti alat tindik, tato dan tusuk jarum.
 
Darah donor dari PMI sudah diskrining terhadap beberapa organisme penyebab penyakit termasuk HIV. Tidak perlu khawatir bila harus mendapatkan tranfusi darah sepanjang menggunakan darah PMI.
 
 
4. JANGAN SAMPAI KENA INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS)
 
Infeksi menular seksual, seperti Sifilis, Gonorroea dan jamur Chlamidia hendaknya dihindari. Caranya sederhana saja: Jangan terlalu sering berganti-ganti pasangan. IMS atau dalam bahasa Inggris disebut STI (Sexually Transmitted Infection) mempunyai hubungan timbal balik dengan HIV. Adanya STI meningkatkan risiko transmisi HIV, demikian pula sebaliknya, adanya infeksi HIV memperberat STI dan menyulitkan pengobatan STI sehingga tidak dapat diobati dengan obat-obat STI yang konvensional.
 
Pelayanan pada prong 1 ini harus punya jejaring dengan pelayanan STI. Deteksi dan pengobatan dini STI bisa menurunkan insidens HIV di populasi umum sampai 40 %. Tersedianya pelayanan STI memberi peluang untuk penyuluhan tentang HIV dan pencegahan penularan dari Ibu ke Anak serta merujuk penderita untuk testing dan konseling tentang HIV.
 
 
5. DIMANA PERAN LAKI-LAKI?
 
Peran laki-laki amat besar dalam mencegah seorang wanita terinfeksi HIV. Hal ini dapat dibaca pada posting Mencegah HIV/AIDS: Peran Laki-laki sangat besar khususnya dalam prong 1 ini.
 
Prong 1 memang untuk wanita usia subur, tetapi tidak boleh dilupakan bahwa kesuburan seorang wanita terkait erat dengan kehadiran seorang suami.
 
Oleh sebab itu konseling yang dilakukan kepada seorang wanita, kalau ia sudah bersuami maka suaminya harus dihadirkan.
 
Akan sulit bagi seorang wanita yang saat ini HIV negatif tetapi di luar rumah suaminya banyak punya pasangan seksual atau seorang penasun yang menggunakan jarum suntik secara bergantian.
 
Bila perlu, suami ditawari tes setelah diberikan penjelasan bahwa kesediaannya akan amat membantu supaya istrinya melahirkan bayi yang sehat.
 
 
PENUTUP
 
Pencegahan primer adalah isue untuk wanita. Mengapa demikian? Kemiskinan, kondisi sosiokultur, rendahnya tingkat pendidikan, kurangnya akses terhadap informasi, kekerasan terhadap wanita, semuanya akan mengarah kepada ketidak-setaraan gender yang mengakibatkan posisi tawar wanita menjadi lemah. Dalam kondisi seperti ini wanita lebih rentan untuk tertular HIV.
 
Inilah tantangan yang sebenarnya dalam prong 1. Diperlukan uluran tangan semua pihak, kerjasama yang terpadu semua pihak, karena HIV dan AIDS bukan masalah kesehatan semata. Diperlukan pula tanggung-jawab laki-laki karena HIV dan AIDS juga merupakan masalah keluarga.
 
Dilanjutkan ke PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK (3): "PRONG 2" DARI PMTCT
 
 
RUJUKAN BACAAN
 
Prevention of Mother-to-Child Transmission of HIV Generic Training Package,  WHO/CDC
 

No comments:


Most Recent Post