Saturday, May 18, 2013

PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK (4): “PRONG 2” DARI PMTCT (BAGIAN PERTAMA)


Prong 1 adalah untuk wanita usia reproduktif, atau usia subur. Upaya apa yang dilakukan pada prong 1 dapat dibaca pada posting Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (2) “Prong 1” dari PMTCT (Bagian pertama) dan Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (3) “Prong 1” dari PMTCT (Bagian kedua).
 
Adapun Prong ke dua adalah kegiatan dukungan dan konseling untuk untuk wanita usia reproduktif yang HIV positif sehingga mereka dapat mengambil keputusan guna kebaikan masa depan kehidupan reproduksi mereka. Dengan perhatian khusus kepada upaya mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.
 
Prong 2: Providing appropriate counselling and support to women living with HIV to enable them make an informed decision about their future reproductive life, with special attention to preventing unintended pregnancies.
 
Dapat dilihat pada bagan di bawah, bahwa di Prong 2 perjalanan kita belum sampai kepada wanita hamil. Oleh sebab itu upaya pada prong 1 dan prong 2 punya peran yang amat penting.
 
 
 
 
MENCEGAH KEHAMILAN YANG TIDAK DIRENCANAKAN
 
Pada Prong 2 kita akan bertemu dengan wanita yang HIV positif: Bisa belum berkeluarga, bisa sudah berkeluarga. Yang belum berkeluarga suatu saat akan menikah, dan punya anak. Demikian pula yang sudah berkeluarga, ada yang belum punya anak dan ingin anak, bisa juga ingi menambah anak.
 
Sebetulnya tidak ada masalah kesehatan bagi wanita dengan HIV positif sepanjang ia berobat dengan ARV terus-menerus, apalagi kalau ia memulai pengobatan dengan ARV sejak dini pada saat jumlah sel CD4 masih baik (350/mm kubik).
 
Yang jadi masalah adalah kalau ia ingin anak dan hamil. (Dapat dibaca di PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK (3): HIV DAN KEHAMILAN) Harus yakin betul bahwa CD4 Count tinggi dan Viral Load rendah. (Dapat dibaca di HIV/AIDS: CD4 Count dan Viral Load). Disamping itu ia harus siap sampai anak lahir dan memberi makan bayinya. Bila belum siap, sebaiknya berupaya untuk menunda keinginan punya anak dengan metoda keluarga berencana. Dalam hal ini Klinik KB (Keluarga Berencana) merupakan jejaring dan bagian dari pelayanan PMTCT
 
Foto Billboard dari Malawi di atas adalah contoh penyuluhan yang bagus: “Children by Choice Not Chance”.
 
MANFAAT PROGRAM KELUARGA BERENCANA BAGI WANITA HIV POSITIF
 
Pelayanan KB adalah bagian dari pelayanan komprehensif untuk mencegah penularan dari Ibu (HIV positif) kepada janin dalam kandungannya. Melalui konseling KB yang bermutu dan penyediaan alat kontrasepsi (KB) yang aman dan efektif akan membantu wanita dengan HIV positif memetik manfaat untuk dirinya, anaknya dan keluarganya, karena ia telah paham bahwa:

1.    HIV dapat menginfeksi janin dalam kandungannya

2.    Wanita yang baru terinfeksi HIV risikonya besar untuk menularkan HIV pada bayinya (karena Viral Load tinggi pada awal infeksi HIV)

3.    Dengan jumlah sel CD4 yang tinggi dan stabil, demikian pula  Viral Load yang rendah plus kesehatan umum yang baik, Ibu bisa hamil dengan aman

4.    Bila kondisi belum memungkinkan untuk hamil, lebih baik menunda kehamilan, sampai kondisi memungkinkan

5.    Alat kontrasepsi (KB) yang aman dann efektif tersedia secara cuma-cuma

6.    Ibu (HIV positif) yang hamil bisa melahirkan bayi HIV negatif dengan mengikuti prosedur PMTCT

7.    Disamping itu dengan mengikuti program KB kelahiran bisa dijarangkan, Ibu punya peluang untuk meningkatkan kesehatan dan mengurus keluarga.

Satu hal yang perlu menjadi perhatian bahwa kehamilan dan keluarga berencana melibatkan dua orang yaitu: Suami dan isteri. Oleh sebab itu dalam konseling KB perlu dihadiri keduanya. Dukungan suami dalam hal ini amat menentukan.
 
 
KONSELING KB
 
Semua wanita tanpa melihat status HIVnya mempunyai hak untuk menentukan pilihannya sendiri. Mau hamil atau tidak hamil, mau KB atau tidak, kalau mau KB pakai alat apa. Dalam kaitan dengan status HIV, sebenarnya juga sama saja: Wanita yang menderita Kencing Manis, TB, Darah Tinggi, dll termasuk HIV positif. Sebelum hamil harus memikirkan lebih dulu mengenai kesehatan dirinya dan kesehatan bayi yang akan dilahirkan.
 
Khusus mengenai HIV, di atas telah dijelaskan bahwa HIV dan kehamilan keduanya saling mempengaruhi dan hasilnya berpeluang melahirkan bayi HIV positif. Oleh sebab itu konselor harus mampu meyakinkan wanita tersebut, melalui skill komunikasi yang baik dan etis, memberikan informasi yang faktual, tidak bias dan komprehensif. Dukungan suami amat diperlukan, oleh sebab itu konseling sebaiknya dilakukan bukan kepada perorangan tetapi kepada pasangan suami isteri.
 
 
 
RUJUKAN BACAAN
 
Prevention of Mother-to-Child Transmission of HIV Generic Training Package,  WHO/CDC

No comments:


Most Recent Post