Telah
dipaparkan pada tiga tulisan sebelum ini bahwa visi global pengendalian HIV
AIDS adalah mencapai titik NOL. Pada episoda pertama disampaikan bahwa dunia
ingin mencapai Zero untuk penularan HIV, Zero untuk Diskriminasi terhadap orang
dengan HIV atau AIDS dan Zero untuk kematian yang ada kaitan dengan AIDS.
Selanjutnya
pada episoda kedua dijelaskan bahwa kita punya obat ARV yang walaupun belum
mampu membunuh HIV tetapi mampu menghambat perkembangan HIV. Ada beberapa jenis
ARV dengan titik tangkap yang berbeda. Penggunaan kombinasi tiga jenis ARV yang
titik tangkapnya berbeda sudah cukup potent untuk menghambat laju
perkembangbiakan HIV. Bahkan dalam jangka panjang akan mengurangi Viral Load
sampai tidak terdeteksi.
Kemudian
pada episoda ke tiga dijelaskan bahwa ARV bila digunakan sejak awal, tidak
hanya mampu meningkatkan umur harapan hidup dan kualitas hidup orang dengan HIV
tetapi juga mengurangi risiko penularan kepada pasangan heteroseksualnya sampai
96 persen. Dengan demikian maka ARV mempunyai “double benefit” atau keuntungan
ganda: mengobati sekaligus mencegah. Ini adalah penemuan baru sekaligus
terobosan spektakuler sehingga pada akhir tahun 2011 “Science Journal’
mengangkat penelitian sebagai juara pertama dalam “Breakthrough of the Year”.
KONSULTASI NASIONAL
Pada
tahun 2011 Indonesia menunjukkan kemajuan besar dalam perluasan akses untuk
memperoleh ARV bagi yang membutuhkan. Model pelayanan yang diadopsi Indonesia
adalah Desentralisasi, integrasi, penyederhanaan penyediaan ARV dan penguatan
kemitraan dengan kelompok masyarakat guna meningkatkan mutu pencegahan HIV dan layanan
perawatan.
Terkait
dengan penggunaan strategis ARV pada tanggal 20 Maret 2013 Kementerian
Kesehatan bersama Komisi Penanggulangan AIDS Nasional menyelenggarakan pertemuan
Konsultasi Nasional tentang Penggunaan Strategis Antiretroviral untuk
Pencegahan dan Pengobatan HIV di Indonesia, di Jakarta. Adapun yang diundang adalah: Dinas Kesehatan
Provinsi, Kabupaten dan Kota daerah demonstrasi, para ahli yang tergabung dalam
Panel Tim Ahli, dokter dari layanan PDP di rumah sakit rujukan Provinsi, Kabupaten
dan Kota, LSM, perwakilan komunitas serta mitra kerja Kemenkes seperti WHO, UNAIDS, UNICEF, UNFPA, UNODC, ILO dan
UNDP.
Tujuan
konsultasi adalah menciptakan sebuah “roadmap” guna akselerasi perluasan penggunaan
ARV sebagai pengobatan dan pencegahan.
APA KATA MITRA DAN MASYARAKAT SIPIL
Dalam pertemuan tersebut Perwakilan WHO untuk Indonesia, Kanchit Limparkarnjanarat menyampaikan bahwa pemberian ARV dini tidak hanya menyelamatkan pasien tetapi juga mencegah penularan di masyarakat.
Dalam pertemuan tersebut Perwakilan WHO untuk Indonesia, Kanchit Limparkarnjanarat menyampaikan bahwa pemberian ARV dini tidak hanya menyelamatkan pasien tetapi juga mencegah penularan di masyarakat.
WHO akan mendukung Kemenkes dan KPA dalam melaksanaan inisiatif mempercepat akses ART untuk pencegahan dan pengobatan, bersama organisasi masyarakat yang juga merupakan penentu keberhasilan inisiatif ini.
Demikian
pula Steve Kraus, Direktur Tim Dukungan Regional UNAIDS Asia-Pasifik menyatakan
bahwa Indonesia telah berada pada jalur yang benar dan menjadi salah satu
pelopor di Asia dalam menggunakan ARV secara strategis untuk pencegahan
transmisi HIV.
Langkah bersejarah Indonesia akan mengubah perjalanan epidemi di Indonesia. Kraus memastikan dukungan penuh UNAIDS, WHO dan seluruh keluarga PBB dalam mewujudkan visi Indonesia untuk mengentaskan AIDS.
Langkah bersejarah Indonesia akan mengubah perjalanan epidemi di Indonesia. Kraus memastikan dukungan penuh UNAIDS, WHO dan seluruh keluarga PBB dalam mewujudkan visi Indonesia untuk mengentaskan AIDS.
Sementara
itu Direktur Program HIV, WHO Pusat, dr. Gottfried Himschall mengingatkan bahwa
perluasan penggunaan ART perlu sejalan dengan upaya pencegahan, perluasan tes,
kepatuhan pengobatan, integrasi dengan layanan lainnya dan dengan LKB.
Ia berpendapat saat ini adalah kesempatan emas sekaligus momentum yang tepat untuk memulai. Hal ini mengingat adanya komitmen Menteri Kesehatan, didukung SDM yang kuat dan adanya dana Global Fund.
Ia berpendapat saat ini adalah kesempatan emas sekaligus momentum yang tepat untuk memulai. Hal ini mengingat adanya komitmen Menteri Kesehatan, didukung SDM yang kuat dan adanya dana Global Fund.
Apa yang disampaikan wakil kelompok masyarakat sipil, Daniel Maguari dari Spiritia perlu kita catat dan perhatikan. menurutnya, terkait dengan penggunaan strategis ARV di Indonesia, seharusnya dilaksanakan secara serentak di semua daerah guna menghindari kesalah-pahaman di masyarakat. Hal ini perlu menjadikan perhatian kita semua. Memang sudah waktunya seluruh masyarakat Indonesia memiliki pengetahuan yang sama tentang HIV AIDS dan mendapat kemudahan yang sama dalam pelayanannya.
PENGARAHAN MENTERI KESEHATAN RI
Pertemuan
konsultasi dibuka oleh Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, SpA, MPH. Dalam
arahannya, beliau mengingatkan bahwa saat ini Kementerian Kesehatan masih
mempunyai pekerjaan rumah yaitu target Millennium Development Goals (MDGs) di
bidang HIV AIDS, karena angka temuan kasus infeksi HIV masih meningkat.
Peningkatan
kasus ini dikarenakan jumlah tes yang semakin meningkat. Bila pada tahun 2009
terdapat kurang-lebih 300.000 orang yang mengikuti tes, maka pada tahun 2012
jumlah ini meningkat hampir tiga kali lipat, menjadi hampir 900.000 orang. Hal ini
menunjukkan kerjasama antara Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN),
Kementerian Kesehatan RI, Dinas Kesehatan di Daerah dengan populasi dan
jaringan komunitas sudah semakin baik.
Menkes juga menjelaskan hal-hal sederhana (tetapi berdampak besar) yang harus dilakukan, yaitu early diagnosis dan early treatment.
Dalam “early diagnosis” maka “peer group harus mampu memotivasi masyarakat untuk tidak berperilaku berisiko dan termotivasi untuk mengikuti tes HIV. Dalam hal ini Menkes meminta supaya ada kesepakatan dalam pelaksanaan strategi untuk meningkatkan cakupan tes HIV. Demikian pula perlu dipikirkan bagaimana cara melakukan “Normalisasi tes HIV” di masyarakat, sehingga sejajar dengan tes laboratorium lainnya. Hal ini akan membantu mengurangi stigma dan diskriminasi.
Menkes juga menjelaskan hal-hal sederhana (tetapi berdampak besar) yang harus dilakukan, yaitu early diagnosis dan early treatment.
Dalam “early diagnosis” maka “peer group harus mampu memotivasi masyarakat untuk tidak berperilaku berisiko dan termotivasi untuk mengikuti tes HIV. Dalam hal ini Menkes meminta supaya ada kesepakatan dalam pelaksanaan strategi untuk meningkatkan cakupan tes HIV. Demikian pula perlu dipikirkan bagaimana cara melakukan “Normalisasi tes HIV” di masyarakat, sehingga sejajar dengan tes laboratorium lainnya. Hal ini akan membantu mengurangi stigma dan diskriminasi.
Sedangkan
pada “early treatment” semua yang HIV positif dapatnya diberikan ARV sedini mungkin,
yaitu saat jumlah CD4 masih diatas 350 per milimeter kubik. (Hal ini sesuai
dengan hasil HPTN 052 Clinical Trial yang dapat dibaca pada posting Penggunaan
Strategis ARV: Pencegahan sekaligus pengobatan (3))
TINDAK LANJUT
Tiga
kata kunci dalam arahan Menkes di atas adalah mencapai sasaran MDGs, meningkatkan
cakupan tes HIV dan pemberian ARV sedini mungkin kepada yang membutuhkan. Oleh
sebab itu dalam pertemuan Konsultasi Nasional ini, Dirjen Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama menyampaikan hasil
Kajian Bersama Penggunaan Strategis ARV di Indonesia, selanjutnya dr. Kemal N.
Siregar dari KPAN menyampaikan roadmap serta rencana perluasan penggunaan ARV
di Indonesia, dan Direktur P2ML, dr. Slamet Basir MHP menjelaskan rencana
pengembangan Layanan Komprehensif Berkesinambungan (LKB) yang sinergi dengan
rencana perluasan penggunaan ARV sebagai upaya pencegahan dan pengobatan.
Beberapa
masukan peserta pertemuan yang perlu dicatat adalah perlunya keterlibatan penuh
Dinas Kesehatan dan Komisi Penanggulangan AIDS Daerah, Pemerintah Daerah dan
LSM Lokal. Adapunr anggaran untuk pelaksanaan kegiatan harus digali dari berbagai
sumber, antara lain: APBN, APBD dan sektor swasta. Dengan demikian advokasi
harus ditingkatkan.
PENUTUP
Perlu perjuangan berat kita semua untuk mencapai sasaran MDGs bidang HIV
AIDS dan “Getting to Zero: Infection, AIDS Related Death dan Stigma”.
Pada pertemuan konsultasi ini Menkes mengajak seluruh masyarakat untuk bersama-sama menyelamatkan bangsa Indonesia dari ancaman HIV AIDS.
Pada pertemuan konsultasi ini Menkes mengajak seluruh masyarakat untuk bersama-sama menyelamatkan bangsa Indonesia dari ancaman HIV AIDS.
Guna mencapai semuanya maka Menkes menegaskan bahwa kita semua harus
mampu meningkatkan upaya pencegahan yang efektif, meningkatkan cakupan orang
yang membutuhkan VCT di layanan kesehatan, meningkatkan cakupan ODHA yang
mendapatkan pelayanan ARV dini dan tidak ada lagi diskriminasi.
Posting
ini adalah episode ke empat dari empat tulisan
Penggunaan
Strategis ARV: Pengobatan sekaligus pencegahan (4)
|
SUMBER
Personal Communication: Yoana Anandita, Technical
assistant HIV/AIDS for Partnership, Communication and Community Organization,
WHO, Project Office Directorate general DC and EH, MoH RI.
http://sehatnegeriku.com/bersama-capai-zero-infection-zero-aids-related-death-dan-zero-stigma-discrimination/
No comments:
Post a Comment