Monday, April 15, 2013

PENGGUNAAN STRATEGIS ARV: PENCEGAHAN SEKALIGUS PENGOBATAN (4)

Telah dipaparkan pada tiga tulisan sebelum ini bahwa visi global pengendalian HIV AIDS adalah mencapai titik NOL. Pada episoda pertama disampaikan bahwa dunia ingin mencapai Zero untuk penularan HIV, Zero untuk Diskriminasi terhadap orang dengan HIV atau AIDS dan Zero untuk kematian yang ada kaitan dengan AIDS.
 
Selanjutnya pada episoda kedua dijelaskan bahwa kita punya obat ARV yang walaupun belum mampu membunuh HIV tetapi mampu menghambat perkembangan HIV. Ada beberapa jenis ARV dengan titik tangkap yang berbeda. Penggunaan kombinasi tiga jenis ARV yang titik tangkapnya berbeda sudah cukup potent untuk menghambat laju perkembangbiakan HIV. Bahkan dalam jangka panjang akan mengurangi Viral Load sampai tidak terdeteksi.
 
Kemudian pada episoda ke tiga dijelaskan bahwa ARV bila digunakan sejak awal, tidak hanya mampu meningkatkan umur harapan hidup dan kualitas hidup orang dengan HIV tetapi juga mengurangi risiko penularan kepada pasangan heteroseksualnya sampai 96 persen. Dengan demikian maka ARV mempunyai “double benefit” atau keuntungan ganda: mengobati sekaligus mencegah. Ini adalah penemuan baru sekaligus terobosan spektakuler sehingga pada akhir tahun 2011 “Science Journal’ mengangkat penelitian sebagai juara pertama dalam “Breakthrough of the Year”.
 
 
KONSULTASI NASIONAL
 
Pada tahun 2011 Indonesia menunjukkan kemajuan besar dalam perluasan akses untuk memperoleh ARV bagi yang membutuhkan. Model pelayanan yang diadopsi Indonesia adalah Desentralisasi, integrasi, penyederhanaan penyediaan ARV dan penguatan kemitraan dengan kelompok masyarakat guna meningkatkan mutu pencegahan HIV dan layanan perawatan.
 
Terkait dengan penggunaan strategis ARV pada tanggal 20 Maret 2013 Kementerian Kesehatan bersama Komisi Penanggulangan AIDS Nasional menyelenggarakan pertemuan Konsultasi Nasional tentang Penggunaan Strategis Antiretroviral untuk Pencegahan dan Pengobatan HIV di Indonesia, di Jakarta.  Adapun yang diundang adalah: Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten dan Kota daerah demonstrasi, para ahli yang tergabung dalam Panel Tim Ahli, dokter dari layanan PDP di rumah sakit rujukan Provinsi, Kabupaten dan Kota, LSM, perwakilan komunitas serta mitra kerja Kemenkes seperti  WHO, UNAIDS, UNICEF, UNFPA, UNODC, ILO dan UNDP.
 
Tujuan konsultasi adalah menciptakan sebuah “roadmap” guna akselerasi perluasan penggunaan ARV sebagai pengobatan dan pencegahan.
 
 
APA KATA MITRA DAN MASYARAKAT SIPIL

Dalam pertemuan tersebut Perwakilan WHO untuk Indonesia, Kanchit Limparkarnjanarat menyampaikan bahwa pemberian ARV dini tidak hanya menyelamatkan pasien tetapi juga mencegah penularan di masyarakat.

WHO akan mendukung Kemenkes dan KPA dalam melaksanaan inisiatif mempercepat akses ART untuk pencegahan dan pengobatan, bersama organisasi masyarakat yang juga merupakan penentu keberhasilan inisiatif ini.
 
Demikian pula Steve Kraus, Direktur Tim Dukungan Regional UNAIDS Asia-Pasifik menyatakan bahwa Indonesia telah berada pada jalur yang benar dan menjadi salah satu pelopor di Asia dalam menggunakan ARV secara strategis untuk pencegahan transmisi HIV.

Langkah bersejarah Indonesia akan mengubah perjalanan epidemi di Indonesia. Kraus memastikan dukungan penuh UNAIDS, WHO dan seluruh keluarga PBB dalam mewujudkan visi Indonesia untuk mengentaskan AIDS.
 
Sementara itu Direktur Program HIV, WHO Pusat, dr. Gottfried Himschall mengingatkan bahwa perluasan penggunaan ART perlu sejalan dengan upaya pencegahan, perluasan tes, kepatuhan pengobatan, integrasi dengan layanan lainnya dan dengan LKB.

Ia berpendapat saat ini adalah kesempatan emas sekaligus momentum yang tepat untuk memulai. Hal ini mengingat adanya komitmen Menteri Kesehatan, didukung SDM yang kuat dan adanya dana Global Fund.
 

Apa yang disampaikan wakil kelompok masyarakat sipil, Daniel Maguari dari Spiritia perlu kita catat dan perhatikan. menurutnya, terkait dengan penggunaan strategis ARV di Indonesia, seharusnya dilaksanakan secara serentak di semua daerah guna menghindari kesalah-pahaman di masyarakat. Hal ini perlu menjadikan perhatian kita semua. Memang sudah waktunya seluruh masyarakat Indonesia memiliki pengetahuan yang sama tentang HIV AIDS dan mendapat kemudahan yang sama dalam pelayanannya.
 
 
PENGARAHAN MENTERI KESEHATAN RI
 
Pertemuan konsultasi dibuka oleh Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, SpA, MPH. Dalam arahannya, beliau mengingatkan bahwa saat ini Kementerian Kesehatan masih mempunyai pekerjaan rumah yaitu target Millennium Development Goals (MDGs) di bidang HIV AIDS, karena angka temuan kasus infeksi HIV masih meningkat.
 
Peningkatan kasus ini dikarenakan jumlah tes yang semakin meningkat. Bila pada tahun 2009 terdapat kurang-lebih 300.000 orang yang mengikuti tes, maka pada tahun 2012 jumlah ini meningkat hampir tiga kali lipat, menjadi hampir 900.000 orang. Hal ini menunjukkan kerjasama antara Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN), Kementerian Kesehatan RI, Dinas Kesehatan di Daerah dengan populasi dan jaringan komunitas sudah semakin baik.

Menkes juga menjelaskan hal-hal sederhana (tetapi berdampak besar) yang harus dilakukan, yaitu early diagnosis dan early treatment.


Dalam “early diagnosis” maka “peer group harus mampu memotivasi masyarakat untuk tidak berperilaku berisiko dan termotivasi untuk mengikuti tes HIV. Dalam hal ini Menkes meminta supaya ada kesepakatan dalam pelaksanaan strategi untuk meningkatkan cakupan tes HIV. Demikian pula perlu dipikirkan bagaimana cara melakukan “Normalisasi tes HIV” di masyarakat, sehingga sejajar dengan tes laboratorium lainnya. Hal ini akan membantu mengurangi stigma dan diskriminasi.
 
Sedangkan pada “early treatment” semua yang HIV positif dapatnya diberikan ARV sedini mungkin, yaitu saat jumlah CD4 masih diatas 350 per milimeter kubik. (Hal ini sesuai dengan hasil HPTN 052 Clinical Trial yang dapat dibaca pada posting Penggunaan Strategis ARV: Pencegahan sekaligus pengobatan (3))
 
 
TINDAK LANJUT
 
Tiga kata kunci dalam arahan Menkes di atas adalah mencapai sasaran MDGs, meningkatkan cakupan tes HIV dan pemberian ARV sedini mungkin kepada yang membutuhkan. Oleh sebab itu dalam pertemuan Konsultasi Nasional ini, Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama menyampaikan hasil Kajian Bersama Penggunaan Strategis ARV di Indonesia, selanjutnya dr. Kemal N. Siregar dari KPAN menyampaikan roadmap serta rencana perluasan penggunaan ARV di Indonesia, dan Direktur P2ML, dr. Slamet Basir MHP menjelaskan rencana pengembangan Layanan Komprehensif Berkesinambungan (LKB) yang sinergi dengan rencana perluasan penggunaan ARV sebagai upaya pencegahan dan pengobatan.
 
Beberapa masukan peserta pertemuan yang perlu dicatat adalah perlunya keterlibatan penuh Dinas Kesehatan dan Komisi Penanggulangan AIDS Daerah, Pemerintah Daerah dan LSM Lokal. Adapunr anggaran untuk pelaksanaan kegiatan harus digali dari berbagai sumber, antara lain: APBN, APBD dan sektor swasta. Dengan demikian advokasi harus ditingkatkan.
 
 
PENUTUP
 
Perlu perjuangan berat kita semua untuk mencapai sasaran MDGs bidang HIV AIDS dan “Getting to Zero: Infection, AIDS Related Death dan Stigma”.

Pada pertemuan konsultasi ini Menkes mengajak seluruh masyarakat untuk bersama-sama menyelamatkan bangsa Indonesia dari ancaman HIV AIDS.
 
Guna mencapai semuanya maka Menkes menegaskan bahwa kita semua harus mampu meningkatkan upaya pencegahan yang efektif, meningkatkan cakupan orang yang membutuhkan VCT di layanan kesehatan, meningkatkan cakupan ODHA yang mendapatkan pelayanan ARV dini dan tidak ada lagi diskriminasi.
 
Posting ini adalah episode ke empat dari empat tulisan

Penggunaan Strategis ARV: Pengobatan sekaligus pencegahan (4)


SUMBER
 
Personal Communication: Yoana Anandita, Technical assistant HIV/AIDS for Partnership, Communication and Community Organization, WHO, Project Office Directorate general DC and EH, MoH RI.
 
http://sehatnegeriku.com/bersama-capai-zero-infection-zero-aids-related-death-dan-zero-stigma-discrimination/

No comments:


Most Recent Post