Sebelum
kita sampai kepada “Treatment for prevention” ada baiknya kita kembali sejenak
ke “BAGAIMANA CARA ARV BEKERJA”. ARV (Anti RetroViral) yang saat ini ada,
memang belum sepenuhnya mempunyai “killing power” terhadap HIV. Bagaimanapun ARV
masih bisa diandalkan (saat ini) karena kemampuannya untuk menghambat proses
replikasi HIV di dalam sel CD4. Proses replikasi tersebut dapat dibaca di
posting HIV AIDS: Sel CD4 sasaran virus penyebab AIDS.
Ada
banyak jenis ARV yang bekerja pada simpul-simpul replikasi yang berbeda.
Penggunaan kombinasi beberapa jenis ARV yang mempunyai titik tangkap berbeda
merupakan kekuatan handal untuk menghambat replikasi HIV. Dengan pengobatan
yang terus-menerus maka lama-kelamaan jumlah HIV yang bersirkulasi akan
berkurang, sampai tidak terdeteksi. Untuk mengetahui hal ini perlu pemeriksaan
Viral Load secara berkala disamping pemeriksaan jumlah sel CD4 yang diharapkan
akan naik. Mengenai Viral Load dapat dibaca pada posting HIV AIDS: CD4 Count dan Viral Load.
Sasaran
pengobatan dengan ARV adalah mencapai Viral Load serendah-rendahnya sampai
tidak terdeteksi dalam pemeriksaan laboratorium.
PROSES REPLIKASI HIV DAN KERJA ARV
Di
bawah adalah gambaran singkat proses replikasi HIV dan di bagian mana ARV berperan
menghambat replikasi tersebut. Gambar-gambar diambil dari website aidsmap.
Pada
gambar 1 dapat dilihat bagaimana awal proses HIV memasuki sel CD4.
Diawali
dengan HIV menempelkan diri (fusi) ke reseptor yang memang sudah ada di sel
inang, dalam hal ini sel CD4.
Obat
yang disebut “entry inhibitor” (termasuk didalamnya CCR5 inhibitors dan fusion
inhibitors) akan menghambat proses pendaratan HIV ke sel CD4, sehingga tidak terjadi "fusi"
Dengan demikian satu
simpul telah diatasi, dan apabila masih bisa lolos maka kita akan berjuang di simpul berikutnya
Pada
gambar 2 HIV telah memasuki sel CD4 dan berubah bentuk. DNA Virus terbentuk
dengan bantuan enzim reverse transkriptase.
Hal ini dapat dicegah dengan ARV
yang disebut “nukes” dan “non-nukes”
Catatan:
Nama ilmiah “nukes” adalah nucleoside reverse transkriptase inhibitors (NRTIs)
sedangkan “non-nukes” adalah non-nucleoside reverse transkriptase inhibitors
(NNRTIs).
Dengan
demikian HIV yang berhasil lolos dan memasuki sel CD4 akan dihambat proses
replikasinya pada tahap pembentukan DNA Virus.
Gambar
3 menjelaskan bahwa HIV berhasil membentuk DNA virus dan masuk lebih dalam lagi
ke nucleus sel CD4 dengan bantuan enzim integrase guna berintegrasi dengan DNA
sel CD4.
Dalam
hal ini kita punya ARV yang berperan menghambat terjadinya integrasi ini, yaitu
yang disebut dengan integrase inhibitor.
Hasilnya adalah tidak terjadi integrasi
antara kedua DNA (virus dan CD4)
Gambar
4 menunjukkan apabila DNA virus berhasil berintegrasi dengan DNA sel inang (sel
CD4) maka yang terjadi adalah terbentuknya virus RNA baru, yang akan digunakan
sebagai genom (genetik informasi) RNA untuk membuat protein virus.
Selanjutnya
virus RNA baru dan protein bergerak ke permukaan dengan hasil akhir
terbentuklah virus muda yang baru.
Enzim protease yang dilepas dari protein HIV
akan bersama-sama menuju permukaan selanjutnya mematangkan virus baru ini dan siap
memasuki sel CD4 lainnya.
Dalam
kondisi ini obat-obat ARV yang punya potensi sebagai Protease Inhibitor (PI)
akan mencegah terjadinya pematangan virus baru.
Gambar
5 adalah kondisi apabila virus berhasil melakukan replikasi.
Virus baru yang
sudah dimatangkan oleh enzim protease akan keluar dari sel CD4 guna melanjutkan
tugasnya menginfeksi sel-sel CD4 lainnya yang masih sehat.
Sayang bahwa saat
ini obat yang punya kemampuan membunuh virus belum ada. Tetapi melalui
penggunaan kombinasi ARV dengan titik tangkap seperti dijelaskan dalam gambar 1
s/d 4, replikasi virus ini akan dihambat.
Dengan pengobatan secara teratur
selama hidup maka replikasi besar-besaran akan dihambat, bahkan jumlah virus
bisa menjadi sangat sedikit sampai tidak terdeteksi keberadaannya.
KESIMPULAN
Sasaran
pemberian ARV adalah menurunkan jumlah virus sampai serendah-rendahnya sehingga
tidak terdeteksi oleh pemeriksaan laboratorium.
Hasilnya adalah umur harapan
hidup dan kualitas hidup orang dengan HIV AIDS akan meningkat sama dengan
mereka yang HIV negatif.
Pertanyaannya adalah: Apakah jumlah virus yang “undetectable”
aman dari risiko menularkan kepada orang lain? Kalau memang aman, berarti “Treatment
is prevention”.
Posting
ini adalah episode ke dua dari empat tulisan
Penggunaan
Strategis ARV: Pengobatan sekaligus pencegahan (2)
|
Dilanjutkan ke
PENGGUNAAN STRATEGIS ARV: PENCEGAHAN SEKALIGUS PENGOBATAN (3)
RUJUKAN
BACAAN
http://www.niaid.nih.gov/topics/hivaids/understanding/biology/Pages/structure.aspx
http://www.niaid.nih.gov/topics/HIVAIDS/Understanding/Biology/Pages/hivReplicationCycle.aspx
No comments:
Post a Comment