Thursday, April 11, 2013

PENGGUNAAN STRATEGIS ARV: PENCEGAHAN SEKALIGUS PENGOBATAN (2)

Sebelum kita sampai kepada “Treatment for prevention” ada baiknya kita kembali sejenak ke “BAGAIMANA CARA ARV BEKERJA”. ARV (Anti RetroViral) yang saat ini ada, memang belum sepenuhnya mempunyai “killing power” terhadap HIV. Bagaimanapun ARV masih bisa diandalkan (saat ini) karena kemampuannya untuk menghambat proses replikasi HIV di dalam sel CD4. Proses replikasi tersebut dapat dibaca di posting HIV AIDS: Sel CD4 sasaran virus penyebab AIDS.
 
Ada banyak jenis ARV yang bekerja pada simpul-simpul replikasi yang berbeda. Penggunaan kombinasi beberapa jenis ARV yang mempunyai titik tangkap berbeda merupakan kekuatan handal untuk menghambat replikasi HIV. Dengan pengobatan yang terus-menerus maka lama-kelamaan jumlah HIV yang bersirkulasi akan berkurang, sampai tidak terdeteksi. Untuk mengetahui hal ini perlu pemeriksaan Viral Load secara berkala disamping pemeriksaan jumlah sel CD4 yang diharapkan akan naik. Mengenai Viral Load dapat dibaca pada posting HIV AIDS: CD4 Count dan Viral Load.
 
Sasaran pengobatan dengan ARV adalah mencapai Viral Load serendah-rendahnya sampai tidak terdeteksi dalam pemeriksaan laboratorium.
 
 
 
PROSES REPLIKASI HIV DAN KERJA ARV
 
Di bawah adalah gambaran singkat proses replikasi HIV dan di bagian mana ARV berperan menghambat replikasi tersebut. Gambar-gambar diambil dari website aidsmap.
 
Pada gambar 1 dapat dilihat bagaimana awal proses HIV memasuki sel CD4.
 
Diawali dengan HIV menempelkan diri (fusi) ke reseptor yang memang sudah ada di sel inang, dalam hal ini sel CD4.
 
Obat yang disebut “entry inhibitor” (termasuk didalamnya CCR5 inhibitors dan fusion inhibitors) akan menghambat proses pendaratan HIV ke sel CD4, sehingga tidak terjadi "fusi"
 
Dengan demikian satu simpul telah diatasi, dan apabila masih bisa lolos maka kita akan berjuang di simpul berikutnya
 
Pada gambar 2 HIV telah memasuki sel CD4 dan berubah bentuk. DNA Virus terbentuk dengan bantuan enzim reverse transkriptase.
 
Hal ini dapat dicegah dengan ARV yang disebut “nukes” dan “non-nukes”
 
Catatan: Nama ilmiah “nukes” adalah nucleoside reverse transkriptase inhibitors (NRTIs) sedangkan “non-nukes” adalah non-nucleoside reverse transkriptase inhibitors (NNRTIs).
 
Dengan demikian HIV yang berhasil lolos dan memasuki sel CD4 akan dihambat proses replikasinya pada tahap pembentukan DNA Virus.
 
Gambar 3 menjelaskan bahwa HIV berhasil membentuk DNA virus dan masuk lebih dalam lagi ke nucleus sel CD4 dengan bantuan enzim integrase guna berintegrasi dengan DNA sel CD4.
 
Dalam hal ini kita punya ARV yang berperan menghambat terjadinya integrasi ini, yaitu yang disebut dengan integrase inhibitor.
 
Hasilnya adalah tidak terjadi integrasi antara kedua DNA (virus dan CD4)
 
 
Gambar 4 menunjukkan apabila DNA virus berhasil berintegrasi dengan DNA sel inang (sel CD4) maka yang terjadi adalah terbentuknya virus RNA baru, yang akan digunakan sebagai genom (genetik informasi) RNA untuk membuat protein virus.
 
Selanjutnya virus RNA baru dan protein bergerak ke permukaan dengan hasil akhir terbentuklah virus muda yang baru.
 
Enzim protease yang dilepas dari protein HIV akan bersama-sama menuju permukaan selanjutnya mematangkan virus baru ini dan siap memasuki sel CD4 lainnya.
 
Dalam kondisi ini obat-obat ARV yang punya potensi sebagai Protease Inhibitor (PI) akan mencegah terjadinya pematangan virus baru.
 
Gambar 5 adalah kondisi apabila virus berhasil melakukan replikasi.
 
Virus baru yang sudah dimatangkan oleh enzim protease akan keluar dari sel CD4 guna melanjutkan tugasnya menginfeksi sel-sel CD4 lainnya yang masih sehat.
 
Sayang bahwa saat ini obat yang punya kemampuan membunuh virus  belum ada. Tetapi melalui penggunaan kombinasi ARV dengan titik tangkap seperti dijelaskan dalam gambar 1 s/d 4, replikasi virus ini akan dihambat.
 
Dengan pengobatan secara teratur selama hidup maka replikasi besar-besaran akan dihambat, bahkan jumlah virus bisa menjadi sangat sedikit sampai tidak terdeteksi keberadaannya.
 
 
KESIMPULAN
 
Sasaran pemberian ARV adalah menurunkan jumlah virus sampai serendah-rendahnya sehingga tidak terdeteksi oleh pemeriksaan laboratorium.
 
Hasilnya adalah umur harapan hidup dan kualitas hidup orang dengan HIV AIDS akan meningkat sama dengan mereka yang HIV negatif.
 
Pertanyaannya adalah: Apakah jumlah virus yang “undetectable” aman dari risiko menularkan kepada orang lain? Kalau memang aman, berarti “Treatment is prevention”.
 
Posting ini adalah episode ke dua dari empat tulisan

Penggunaan Strategis ARV: Pengobatan sekaligus pencegahan (2)

Dilanjutkan ke PENGGUNAAN STRATEGIS ARV: PENCEGAHAN SEKALIGUS PENGOBATAN (3)
 
RUJUKAN BACAAN

http://www.niaid.nih.gov/topics/hivaids/understanding/biology/Pages/structure.aspx
http://www.niaid.nih.gov/topics/HIVAIDS/Understanding/Biology/Pages/hivReplicationCycle.aspx

No comments:


Most Recent Post