Seorang
dengan HIV-positif belum tentu “mengalami” AIDS. Sebaliknya orang yang
mengalami AIDS memang orang yang hidup dengan HIV (PLHIV). Di dunia ini banyak
orang yang hidup dengan HIV tetapi tidak terjadi AIDS. Dengan kemajuan
pengobatan sampai hari ini semakin banyak orang yang hidup dengan HIV tetapi
tidak mengalami AIDS.
Tulisan
ini adalah lanjutan dari HIV dan AIDS: Membetulkan terminologi yang tidak tepat (1).
Kebetulan ada teman yang membaca dan mengatakan bahwa penjelasan saya
tentang penulisan HIV garis miring (/) AIDS bisa membingungkan “justru tidak
jelas”. Katanya: “Kan sudah jelas bahwa HIV ya AIDS”. Bagi teman saya, hal itu
sudah benar.
Bagi orang-orang yang peduli, semula memang tidak memasalahkan.
Tetapi lama-lama memikirkan bahwa penulisan tersebut bisa menyesatkan. Sehingga
dalam UNAIDS terminology guidelines disebutkan
The expression HIV/AIDS should be avoided
whenever possible because it can cause confusion (UNAIDS Terminology
Guidelines)
|
Teman
saya tadi, mewakili orang-orang yang belum paham perbedaan antara HIV dan AIDS. Faktanya
memang demikian, tingkat pengetahuan komprehensif tentang HIV dan AIDS di
negara kita masih rendah.
Apa
makna simbol “garis miring?” Bisa kita cari di internet: Maknanya banyak mulai
dari tanda pergantian baris dalam puisi sampai pembagian dalam hitungan. Salah
satunya adalah “garis miring berarti “atau” atau “or” (inggris). Dalam
website grammar.about.com dikatakan sebagai: “alternative that may exist
simultaneously”. Berarti ditinjau dari dari aspek bahasa memang betul
bahwa penggunaan simbol “garis miring (/) jangan dipakai. Bisa membingungkan.
Penjelasannya sebagai berikut:
1. HIV tidak sama dengan AIDS. HIV adalah
“virus” (human immunodeficiency virus) dan AIDS adalah gejala (sindroma) klinis
penyakit akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh yang didapat (acquired
immunodeficiency syndrome). Gejala penyakitnya akan berbeda sesuai jenis
penyakit apa yang terjadi. Bisa infeksi virus, bakteri, jamur, bisa juga kanker
yang semuanya tidak disebabkan HIV. HIV merupakan penyebab tidak langsung dari
AIDS dengan cara memberi kemudahan dengan melemahkan sistem kekebalan tubuh. Penyakit
lain yang melihat kevakuman pertahanan ini kemudian memanfaatkan peluang, mumpung pertahanan tubuh kosong. Oleh sebab itu
disebut infeksi dan penyakit oportunistik.
2. Dengan demikian upaya pencegahan HIV
samasekali berbeda dengan upaya pencegahan AIDS. Karena HIV ditularkan melalui
darah, hubungan seks yang tidak aman dan dari ibu HIV positif ke bayi selama
hamil, persalinan dan menyusui, maka intervensinya antara lain pengamanan
sediaan darah, penggunaan jarum suntik steril, penggunaan kondom bagi hubungan
seks berisiko, ibu HIV positif melahirkan dengan sectio caesaria dan tidak
menyusui bayinya dengan ASI serta perlindungan dengan obat-obat ARV. Sementara
upaya pencegahan AIDS antara lain dengan pemberian profilaksi dengan
cotromoxazole, INH, gizi yang baik, istirahat yang cukup, dll.
3. HIV tidak pernah muncul simultan
(bersamaan) dengan AIDS. HIV muncul lebih awal dan AIDS belakangan, dalam wujud
penyakit maupun infeksi oportunistik. Perlu dicatat bahwa munculnya AIDS bukan
beberapa hari, beberapa minggu atau beberapa bulan kemudian. Melainkan beberapa
tahun kemudian, dan bukan satu atau dua tahun kemudian. Setidaknya lima sampai
sepuluh tahun kemudian, bahkan bisa tidak muncul AIDS samasekali. Dewasa ini pengobatan sudah semakin maju.
Walaupun belum ada obat yang dapat membunuh HIV, tetapi dengan mengetahui
status HIV secara dini, memulai pengobatan pada waktu yang tepat, menjalani
pengobatan teratur seumur hidup, seorang yang seropositif (HIV-positif) bisa
hidup dengan kualitas sama dengan yang seronegatif (HIV-negatif). Semakin
jauhlah jarak antara HIV dan AIDS. Bukan tidak mungkin suatu saat ditemukan
obat yang mampu membunuh HIV. Maka HIV akan samasekali terpisah dari AIDS.
KESIMPULAN
Agak
aneh kedengarannya kalau kita sosialisasikan lebih luas tentang kesalahan
penggunaah tanda “garis miring” ini. Tetapi rasanya perlu dipikirkan bahwa penggunaan tanda "garis miring" ini perlu diluruskan.
Sesuatu yang sudah menjadi semacam “salah kaprah” kalau tidak
menjadi masalah, memang tidak perlu kita pikir susah-susah. Tetapi ceriteranya berbeda
selama tingkat pengetahuan komprehensif tentang HIV dan AIDS masih rendah. Masyarakat harus memiliki pengetahuan yang benar tentang HIV dan AIDS.
HIV
dan AIDS masih menyisakan stigma dan diskriminasi (dapat dibaca di Stigma dan Diskriminasi (1): Tantangan pengendalian HIV dan AIDS). Komitmen global dunia adalah
“Getting to Zero” (Baca: Hari AIDS Sedunia). Ada tiga “Zero” dan salah satunya adalah “Zero
Discrimination”.
No comments:
Post a Comment