Bila
kita membaca pendahuluan edisi revisi (Oktober 2011) UNAIDS terminology guidelines, akan kita temukan kalimat: “Language
shapes beliefs and may influence behaviors. Consider use of apropriate language
has the power to strengthen the global response to the epidemics”. Kurang
lebih artinya: bahasa bisa membentuk keyakinan dan dapat mempengaruhi perilaku.
Bahasa yang benar mempunyai power untuk memperkuat respons global dalam
menghadapi epidemi”.
Kita
masih menghadapi kendala dalam mengendalikan penyebaran HIV utamanya yang
terkait dengan akseptabilitas masyarakat, stigma, diskriminasi dan perilaku. Istilah-istilah
yang tidak pas memang perlu diperbaiki, supaya tidak menimbulkan salah persepsi
dengan berbagai akibatnya.
Dibawah
adalah beberapa “error” terminologi dan saran bagaimana seharusnya, selengkapnya
dapat klik di UNAIDS terminology
guidelines.
KATA-KATA YANG MENYEBUT
HIV DAN AIDS
Gunakan
terminologi yang paling spesifik dan tepat sesuai konteksnya. Penulisan HIV/AIDS
bisa membingungkan. HIV adalah Virus dan AIDS adalah gejala klinis. Kita bisa
menyebut misalnya People Living With HIV, prevalensi HIV, pencegahan HIV, HIV
Testing dan Konseling, penyakit terkait dengan HIV (HIV-related disease).
Demikian pula diagnosa AIDS, AIDS Response. Penyebutan “epidemi” HIV maupun “epidemi”
AIDS tidak menjadi masalah, hanya saja kata-kata “epidemi HIV” bersifat lebih
inklusif.
Istilah
HIV dan AIDS sampai sekarang pun masih banyak yang terbolak-balik
pengertiannya. Bahkan ada yang tidak kenal HIV, tahunya hanya AIDS. Mana lebih
baik: Tahu sepotong tapi salah pengertian atau tidak tahu sama sekali?
Bagi
petugas kesehatan yang bertugas memberikan penyuluhan, jangan bosan-bosan untuk
check dan recheck, apakah yang kita sampaikan sudah ditangkap dengan betul.
Kita ulangi lagi: AIDS adalah definisi epidemiologis yang berdasar gejala
klinis.
Hati-hati
kalau saking semangatnya dalam memberikan penyuluhan kita tambahkan dengan
kata-kata: AIDS tidak dapat disembuhkan dan mematikan. Kalimat tersebut salah.
Kata-kata itu dipakai pada awal-awal perkenalan dunia dengan AIDS, tahun
1980an.
Tetapi
kalau kita katakan: AIDS adalah penyakit kronis yang dapat ditangani seperti
halnya darah tinggi dan kencing manis , bahayanya adalah orang akan beranggapan
bahwa AIDS tidak sedahsyat yang saya duga. Akibatnya kita akan memandang
enteng. Manusia memang makhluk yang sulit.
BAGAIMANA
MENJELASKANNYA?
Lalu
bagaimana menjelaskannya?
Merujuk pada UNAIDS Terminology Guidelines,
disarankan kita menyampaikan demikian:
AIDS
disebabkan HIV, yaitu human immunodeficiency virus. HIV merusak kemampuan tubuh
untuk melawan infeksi dan penyakit yang bisa mengakibatkan kematian. Terapi
dengan obat-obat antiretrovirus akan memperlambat replikasi virus sehingga
dapat meningkatkan kualitas hidup, tetapi tidak mengeliminasi infeksi HIV. Kalimat
aslinya sebagai berikut:
AIDS is caused by HIV, the human immunodeficiency
virus. HIV destroys the body’s ability to fight off infection and disease,
which can ultimately lead to death. Antiretroviral therapy slows down
replication of the virus and can greatly enhance quality of life, but does
not eliminate HIV infection. (UNAIDS Terminology Guidelines)
|
KESIMPULAN
Walau
hanya sekedar tanda “garis miring” (/) bisa menimbulkan salah pengertian.
Jangan diganti dengan tanda “garis datar” (-). Sama saja. Baiknya kita sebut
sendiri-sendiri sesuai konteksnya. HIV atau AIDS. Virusnya atau gejala penyakit
yang timbul akibat virus tersebut yang dinamakan HIV. HIV sendiri tidak
menimbulkan penyakit, tetapi memberi peluang untuk masuknya penyakit lain. Tidak hanya manusia yang suka menggunakan “aji
mumpung”. Untuk mengetahui status HIV kita satu-satunya cara adalah “testing”. Jadi
kita lakukan “HIV testing”. Awas BUKAN AIDS testing”. (IwMM)
Dilanjutkan
ke: HIV DAN AIDS: MEMBETULKAN TERMINOLOGI YANG TIDAK TEPAT (2)
No comments:
Post a Comment