Wednesday, February 20, 2013

HIV DAN AIDS: MEMBETULKAN TERMINOLOGI YANG TIDAK TEPAT (1)

Bila kita membaca pendahuluan edisi revisi (Oktober 2011) UNAIDS terminology guidelines, akan kita temukan kalimat: “Language shapes beliefs and may influence behaviors. Consider use of apropriate language has the power to strengthen the global response to the epidemics”. Kurang lebih artinya: bahasa bisa membentuk keyakinan dan dapat mempengaruhi perilaku. Bahasa yang benar mempunyai power untuk memperkuat respons global dalam menghadapi epidemi”.
 
Kita masih menghadapi kendala dalam mengendalikan penyebaran HIV utamanya yang terkait dengan akseptabilitas masyarakat, stigma, diskriminasi dan perilaku. Istilah-istilah yang tidak pas memang perlu diperbaiki, supaya tidak menimbulkan salah persepsi dengan berbagai akibatnya.
 
Dibawah adalah beberapa “error” terminologi dan saran bagaimana seharusnya, selengkapnya dapat klik di  UNAIDS terminology guidelines.
 
KATA-KATA YANG MENYEBUT HIV DAN AIDS
Gunakan terminologi yang paling spesifik dan tepat sesuai konteksnya. Penulisan HIV/AIDS bisa membingungkan. HIV adalah Virus dan AIDS adalah gejala klinis. Kita bisa menyebut misalnya People Living With HIV, prevalensi HIV, pencegahan HIV, HIV Testing dan Konseling, penyakit terkait dengan HIV (HIV-related disease). Demikian pula diagnosa AIDS, AIDS Response. Penyebutan “epidemi” HIV maupun “epidemi” AIDS tidak menjadi masalah, hanya saja kata-kata “epidemi HIV” bersifat lebih inklusif.
Istilah HIV dan AIDS sampai sekarang pun masih banyak yang terbolak-balik pengertiannya. Bahkan ada yang tidak kenal HIV, tahunya hanya AIDS. Mana lebih baik: Tahu sepotong tapi salah pengertian atau tidak tahu sama sekali?
Bagi petugas kesehatan yang bertugas memberikan penyuluhan, jangan bosan-bosan untuk check dan recheck, apakah yang kita sampaikan sudah ditangkap dengan betul. Kita ulangi lagi: AIDS adalah definisi epidemiologis yang berdasar gejala klinis.
Hati-hati kalau saking semangatnya dalam memberikan penyuluhan kita tambahkan dengan kata-kata: AIDS tidak dapat disembuhkan dan mematikan. Kalimat tersebut salah. Kata-kata itu dipakai pada awal-awal perkenalan dunia dengan AIDS, tahun 1980an.  
Tetapi kalau kita katakan: AIDS adalah penyakit kronis yang dapat ditangani seperti halnya darah tinggi dan kencing manis , bahayanya adalah orang akan beranggapan bahwa AIDS tidak sedahsyat yang saya duga. Akibatnya kita akan memandang enteng. Manusia memang makhluk yang sulit.
 
BAGAIMANA MENJELASKANNYA?
Lalu bagaimana menjelaskannya?
Merujuk pada UNAIDS Terminology Guidelines, disarankan kita menyampaikan demikian:
AIDS disebabkan HIV, yaitu human immunodeficiency virus. HIV merusak kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit yang bisa mengakibatkan kematian. Terapi dengan obat-obat antiretrovirus akan memperlambat replikasi virus sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup, tetapi tidak mengeliminasi infeksi HIV. Kalimat aslinya sebagai berikut:
 
AIDS is caused by HIV, the human immunodeficiency virus. HIV destroys the body’s ability to fight off infection and disease, which can ultimately lead to death. Antiretroviral therapy slows down replication of the virus and can greatly enhance quality of life, but does not eliminate HIV infection. (UNAIDS Terminology Guidelines)

 Tahun 1988 awal-awal HIV masuk ke Jawa Timur, teman yang sering sama-sama memberikan penyuluhan, menjelaskan dalam bahasa Jawa yang saya pikir malah lebih pas. AIDS adalah gejala-gejala penyakit yang timbul “Amargi Icalipun Daya Sarira” (Karena Hilangnya Kekebalan Tubuh). Ketika saya tanya: “Lalu Jawa-nya HIV apa?” Dia cuma cengar-cengir: “Orang Jawa gak ngerti virus, Mas”.
 
KESIMPULAN
Walau hanya sekedar tanda “garis miring” (/) bisa menimbulkan salah pengertian. Jangan diganti dengan tanda “garis datar” (-). Sama saja. Baiknya kita sebut sendiri-sendiri sesuai konteksnya. HIV atau AIDS. Virusnya atau gejala penyakit yang timbul akibat virus tersebut yang dinamakan HIV. HIV sendiri tidak menimbulkan penyakit, tetapi memberi peluang untuk masuknya penyakit lain.  Tidak hanya manusia yang suka menggunakan “aji mumpung”. Untuk mengetahui status HIV kita satu-satunya cara adalah “testing”. Jadi kita lakukan “HIV testing”. Awas BUKAN AIDS testing”. (IwMM)

No comments:


Most Recent Post