Pandemi HIV/AIDS terdiri dari beberapa
epidemi yang terpisah dimana masing-masing epidemi memiliki asal yang berbeda, yaitu:
Geografi dan populasi yang terdampak.
Populasi yang terdampak ini
dipengaruhi jenis dan frekwensi perilaku berisiko tinggi yang mereka lakukan.
Misalnya hubungan seks tidak aman dengan banyak patner dan penggunaan jarum
suntik secara bersama yang dilakukan para pengguna narkotika suntik.
Sesuai dengan tingkatan epideminya (epidemic state) maka negara di dunia
ini digolongkan menjadi tiga: Low,
concentrated dan generalized.
LOW
Infeksi HIV bisa saja sudah
bertahun-tahun ada di suatu negara, tetapi tidak menyebar secara signifikan
dalam suatu sub populasi. Infeksi umumnya terjadi pada individu dengan
perilaku berisiko tinggi, misalnya pekerja seks komersial, pengguna narkoba
suntik dan laki-laki yang berhubungan seks dengan sesama laki-laki.
Kondisi ini menggambarkan bahwa
jaringan penularan belum kuat. Kemungkinan karena perilaku risiko tinggi
seperti disebutkan di atas tidak banyak dilakukan atau dilakukan tetapi frekwensinya rendah.
Walaupun bisa juga terjadi bahwa virus HIV memang masih baru, belum lama memperkenalkan diri di
negara tersebut.
Indikator proksi yang digunakan
adalah: Prevalensi HIV tidak konsisten melebihi 5% pada setiap sub-populasi
kunci.
CONCENTRATED
Pengertian sederhananya adalah
prevalensi HIV menyebar dengan cepat pada populasi berisiko tetapi belum
menyebar pada populasi umum. Epidemi dalam hal ini masih terkonsentrasi pada
sub-populasi tertentu tersebut. Berarti jaringan penularan pada sub-populasi
tersebut cukup kuat. Dengan kata lain upaya-upaya pencegahan internal
sub-populasi berisiko masih belum baik. Misalnya seks yang aman, dan tidak
menggunakan jarum secara bersama.
Kelanjutan dari tingkatan
terkonsentrasi ini bergantung dari frekwensi dan sifat hubungan antara
sub-populasi yang terinfeksi dengan populasi umum. Kita tahu bahwa HIV
ditularkan melalui tiga jalur utama, yaitu: Hubungan seksual homo maupun
heteroseksual, darah dan produk darah lainnya dan dari ibu ke bayi yang dikandungnya (HIV: Dimana berada dan bagaimana cara penularannya).
Orang yang terinfeksi bisa punya suami atau istri, dan kalau wanita maka ia
bisa mengandung dan melahirkan anak.
Indikator proksi yang digunakan adalah
prevalensi HIV di atas 5% pada sedikitnya satu sub-populasi berisiko tinggi sedangkan
pada populasi umum dewasa (15-49 tahun) masih di bawah 1%.
GENERALIZED
Pada situasi ini penularan HIV pada
populasi umum sudah sustain. Walaupun sub-populasi risiko tinggi dapat terus
berkontribusi dalam penyebaran HIV, tetapi jejaring penularan melalui hubungan
seksual di kalangan populasi umum sudah cukup kuat untuk mempertahankan penularan
yang “independen” dari sub-populasi berisiko tinggi.
Indikator proksi yang digunakan adalah
ibu hamil. Dalam epidemi yang “generalized” ini prevalensi HIV di
kalangan ibu hamil secara konsisten di atas 1%.
EPILOG
Ibarat lampu lalu-lintas, maka level
epidemi low, concentrated dan generalized dapat disamakan dengan lampu hijau
(masih hijau), lampu kuning dan lampu merah. Perlu diperhatikan bahwa Indonesia berada dalam tingkat
epidemi yang “concentrated”.
Prevalensi umum HIV di Indonesia berdasar
pemodelan matematik saat ini 0,3 %. Walau demikian lebih baik kita katakan
berada di “lampu kuning” supaya tidak kehilangan kewaspadaan, mengingat tingkat
pengetahuan komprehensif tentang HIV di kalangan penduduk usia 15-24 tahun
masih pada kisaran 20,6% (Rapid Survey, Kemenkes RI, 2011). Demikian pula
penggunaan kondom pada hubungan seksual berisiko baru mencapai 35% (STBP 2011).
Jurus “Aku Bangga Aku Tahu” (ABAT)
untuk meningkatkan pengetahuan komprehensif mengenai HIV/AIDS telah diluncurkan
oleh Kemenkes RI. Dengan meningkatnya pengetahuan, kita akan tahu cara menghindari
faktor risiko terjadinya penularan HIV.
Satu hal lagi yang amat penting, bila
kita pernah melakukan sesuatu yang berisiko, mengapa tidak melakukan testing
HIV? Dengan mengetahui status HIV kita bisa merencanakan langkah-langkah lebih
bijak untuk diri sendiri dan keluarga. (Baca juga: HIV Positif dan pengetahuan masyarakat).
No comments:
Post a Comment