Pada
posting Pengertian HIV dan AIDS telah dijelaskan bahwa HIV adalah virus yang
mengakibatkan terjadinya AIDS. Adapun yang dimaksud dengan AIDS adalah kumpulan
gejala penyakit yang masuk ke tubuh manusia akibat hilangnya sistem kekebalan
tubuh yang dirusak oleh virus HIV yang ada di dalam tubuhnya (HIV Positif).
HIV
POSITIF: TANPA GEJALA
Logika
dari pemahaman di atas adalah: Pertama, HIV hanyalah pembuka pintu bagi bibit
penyakit lain (bakteri, jamur, virus lain) untuk masuk dengan cara melumpuhkan
penjaganya. Dan kedua, adanya HIV (HIV Positif) pasti tanpa gejala.
HIV/AIDS
memang masih kegolong baru, walaupun sebenarnya sudah agak lama juga dunia kedatangan HIV; tetapi pertanyaan
orang yang memang ingin tahu, banyak masih sama dengan dulu. Masih banyak yang tidak tahu bahwa penampilan
fisik orang dengan HIV positif tidak ada bedanya dengan yang tidak positif, alias tanpa gejala
samasekali. Bedanya cuma satu tetapi tidak kelihatan secara fisik: Yang HIV Positif bisa menularkan ke orang lain
melalui perilaku berisiko (dapat dibaca pada HIV: Dimana berada dan bagaimana cara penularannya).
Tetap
saja ada yang tidak puas. Teman yang suka membaca meneruskan dengan pertanyaan:
"saya dengar orang HIV Positif dapat dilihat dari wajahnya". Wah kalau ini sudah mengarah
ke stigmatisasi terhadap ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS). Karena teman, jawabnya
bisa lebih tanpa beban. “Ya seperti kamu, barangkali. Kalau tidak di test, mana kita tahu?”.
Yang
menggunakan akal sehat dan logika, pertanyaannya lain lagi: "Penyebabnya kan
virus, masa nggak ada gejalanya”. Memang betul, ada yang mengalami gejala akut
seperti penyakit virus pada umumnya. Lemas, panas, berkeringat, tenggorokan sakit,
sakit kepala dll. Ada juga yang samasekali tanpa gejala. Hanya saja virus
telah masuk tubuh dan akan replikasi di situ, serta bisa menular ke orang lain.
Pertanyaan
masih mengejar terus. “Kalau virus Demam berdarah yang masuk, kan berlanjut dengan
perdarahan. Kalau yang satu ini lalu apa?” Kita menjawab pertanyaan tentang
HIV/AIDS memang harus sabar. Salah jawab, bisa menimbulkan salah persepsi,
akibatnya makin tersesat. Semua penyakit virus setelah gejala akut memang
menimbulkan sesuatu. Kita ambil contoh virus Campak akan menimbulkan ruam-ruam
di kulit dan virus Polio menimbulkan kelumpuhan, tetapi virus HIV tidak
menimbulkan apa-apa. Masalahnya justru amat besar karena yang terjadi adalah
rusaknya sistem kekebalan tubuh sehingga penyakit infeksi lain bisa masuk
dengan leluasa dan yang bersangkutan dapat menularkan ke orang lain melalui
rute yang sudah jelas dan gamblang.
MERASA
KENA AIDS
Pertanyaan
ini juga tidak terlalu mengagetkan: “Beberapa hari yang lalu saya berenang,
kebetulan kolam renangnya penuh. Selesai renang, sampai rumah saya demam, mual,
pusing. Jangan-jangan saya kena AIDS”.
Kembali kita harus dengan sabar menjelaskan
bahwa virus HIV hanya ditularkan melalui kontak langsung dan tidak tahan lama
hidup di luar tubuh manusia. Kita harus menjelaskan hal-hal yang tidak menularkan HIV/AIDS termasuk berenang di kolam renang. Virus HIV bukan ikan.
Hal
ini wajar-wajar saja. Orang yang samasekali tidak tahu, akan bertanya supaya
yakin. Demikian pula orang yang sudah agak tahu, bisa merasa seolah-olah
dirinya sakit berdasar ceritera yang disampaikan oleh sang “story teller”. Dia
terpukau pada gejala, lupa pada penjelasan bahwa gejala akut tersebut bisa
terjadi pada semua penyakit virus dan tidak semua mengalaminya, dan satu lagi dia
lupa bahwa yang paling penting harus ada faktor “perilaku berisiko” yang
mengawali. Bagi orang awam, yang penting adalah “gejala penyakit”. Kita harus
hati-hati menyampaikan hal tersebut.
PERLUNYA
PEMAHAMAN DAN PENGHAYATAN
Constance
Baker Motley (1921-2005) adalah seorang “African-American”, aktivis HAM dan
pada tahun 2001 memperoleh penghargaan Presidential Citizens Medal dari
Presiden Bill Clinton. Ia mengatakan bahwa semasa SMA pernah jadi juara lomba membuat
karya tulis tentang Tuberkulosis dan saat itu ia merasa yakin bahwa dirinya terkena Tuberkulosis:
“In high school, I won a
prize for an essay of tuberculosis. When I got through writing the essay, I was
sure I had the disease”.
Lomba
karya tulis untuk remaja ternyata perlu guna meningkatkan pemahaman dan penghayatan. Dalam Peringatan Hari AIDS Sedunia,
baik di tingkat Pusat maupun Daerah, biasanya selalu ada lomba membuat essay. Hal ini perlu digalakkan dan dilestarikan.
Hanya saja kalau boleh urun rembug, judulnya jangan muluk-muluk. Yang jelas,
harus mendukung kampanye ABAT (Aku Bangga Aku Tahu) bahwa aku memiliki
pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS.
APA
KATA PAK DIRJEN
Dapat dibaca pada website Ditjen Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen P2PL), yang “link”nya dapat di klik
di wall weblog ini (sebelah kiri).
Menurut Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Dirjen P2PL,
salah satu misi Pengendalian HIV/AIDS adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui
pemberdayaan masyarakat. Oleh sebab itu salah satu strategi pemberdayaan dalam Program Pengendalian
AIDS Nasional adalah upaya meningkatkan pengetahuan komprehensif penduduk usia 15-24 tahun tentang HIV/AIDS. Dalam hal ini kerja keras dan sinergi bersama seluruh stakeholders perlu dipertahankan
karena pada tahun 2014 mendatang, 95% dari kelompok umur ini harus sudah memiliki
pengetahuan dimaksud.
Upaya meningkatkan pengetahuan komprehensif
masyarakat merupakan kegiatan pengendalian di “hulu” yang keberhasilannya akan memberikan
kontribusi besar dalam pencapaian tujuan pengendalian HIV/AIDS secara keseluruhan, yaitu menurunkan
sampai serendah mungkin: (1) Jumlah kasus baru HIV (target jangka panjang: zero
new infection), (2) Tingkat diskriminasi (target jangka panjang: zero
discrimination), dan (3) Angka kematian AIDS (target jangka panjang: zero
AIDS related deaths)
Terkait dengan upaya tersebut, maka pada Puncak
Peringatan Hari AIDS Sedunia tahun 2012, yang rencananya dilaksanakan di
Taman Mini Indonesia Indah pada tanggal 11 Desember 2012, akan dilaksanakan Penandatanganan
Kesepakatan Bersama 5 Menteri (Menteri Kesehatan, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Sosial dan Menteri Dalam Negeri) untuk
meningkatkan pengetahuan komprehensif tentang HIV-AIDS pada kelompok umur 15-24
tahun.
EPILOG
Banyak yang disampaikan Pak Tjandra (Dirjen P2PL) tentang kebijakan dan strategi pengendalian HIV/AIDS,
hanya pada posting ini saya cuplik yang terkait dengan peningkatan pengetahuan
komprehensif tentang HIV/AIDS saja.
HIV tidak mudah menular, tetapi menjelaskannya tidak mudah, sementara waktu terus berjalan dan penularan harus dihentikan.
Namun demikian kita harus yakin bahwa dengan wahana ABAT kita pasti sampai ke ABAT: Dengan wahana “Aku Bangga Aku Tahu”, kita akan sampai ke “AIDS Berhasil Aku Taklukkan” (IwMM)
HIV tidak mudah menular, tetapi menjelaskannya tidak mudah, sementara waktu terus berjalan dan penularan harus dihentikan.
Namun demikian kita harus yakin bahwa dengan wahana ABAT kita pasti sampai ke ABAT: Dengan wahana “Aku Bangga Aku Tahu”, kita akan sampai ke “AIDS Berhasil Aku Taklukkan” (IwMM)
No comments:
Post a Comment