Monday, July 1, 2013

PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK (9): TANTANGAN

Penularan HIV dari Ibu HIV positif kepada bayi dalam kandungannya merupakan masalah besar tetapi dapat diatasi sepanjang prosedur diikuti secara konsisten dan konsekwen.
 
Ketersediaan dan akses terhadap pelayanan masih menjadi kendala di berbagai negara. Tetapi bila ketersediaan dan akses sudah ada, mengapa peluang ini tidak dimanfaatkan?
 
Seperti telah kita ketahui, bila tidak ada upaya pencegahan samasekali maka risiko seorang Ibu HIV positif melahirkan bayi HIV positif adalah 15-45 persen.
 
Dengan intervensi yang efektif maka risiko ini dapat diturunkan sampai dibawah 5 persen. Secara global disepakati bahwa pada tahun 2015 tidak ada lagi infeksi baru melalui MTCT, yang merupakan TANTANGAN kita bersama.
 
 
 
Tulisan ini adalah lanjutan  pembahasan PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK (8): PERAN LAKI-LAKI.
 
 
TANTANGAN
 
Secara global tantangan yang kita hadapi dalam pencegahan penularan (HIV) dari ibu (HIV Positif) kepada anak yang dilahirkannya masih cukup besar. Banyak negara belum memiliki pelayanan PMTCT yang memadai.
 
Banyak pula wanita yang bertempat tinggal jauh dari klinik pelayanan PMTCT dimana  biaya transportasi tidak murah.
 
Demikian pula beban kerja ibu rumah tangga (misalnya merawat anak dan mengurus rumah tangga), kesemuanya dapat menghambat akses ibu ke klinik PMTCT.
 
Disisi lain walaupun tersedia pelayanan PMTCT yang berkualitas, masih ada hambatan sosial budaya yang menyebabkan wanita tidak bisa mengakses layanan PMTCT tersebut. Ketakutan terhadap STIGMA dan DISKRIMINASI khususnya pada wanita yang kehidupannya amat bergantung pada suami, akan menghambat wanita  mengikuti tes HIV dan pengobatan dengan ARV untuk kesehatannya maupun PMTCT. Ketakutan kalau dikucilkan atau disingkirkan adalah salah satu penyebab wanita tidak kembali ke klinik PMTCT. Akibatnya tentusaja wanita tersebut tidak mengetahui status HIVnya.
 
Hal-hal lain yang menghambat PMTCT adalah: Tidak ditawari testing, ketidak-taatan menjalani pengobatan ARV, kurangnya dukungan sosial, tidak mengikuti konseling, terinfeksi HIV pada saat kehamilan dan tidak tahu status HIVnya, selanjutnya setelah melahirkan apabila harus menggunakan susu formula untuk menggantikan ASI maka mahalnya harga susu formula akan memaksa ibu menyusui dengan ASI dan tidak adanya akses terhadap air bersih (apabila menggunakan susu formula) akan memperbesar risiko diare.
 
Sistem kesehatan yang lemah: Misalnya keterbatasan sumberdaya, khususnya SDM kesehatan dan pembiayaan kesehatan mengakibatkan wanita/ibu tidak bisa mendapatkan pelayanan PMTCT yang seharusnya bisa diterima dengan mudah. Sistem Kesehatan harus kuat di semua lini, dalam kaitan dengan PMTCT harus kuat di semua Prong (1 s/d 4)
 
 
 
TESTING DAN KONSELING HIV: AMAT PENTING
 
Tidak ada pelayanan HIV tanpa testing dan tidak ada testing tanpa konseling. Testing adalah gerbang pertama yang harus dilalui untuk semua pelayanan HIV AIDS:
 
1. Wanita yang tidak tahu status HIVnya tidak dapat memanfaatkan pelayanan PMTCT (Pelayanan PMTCT ada 4 prong sesuai dengan status HIV dan kehamilan)
 
2. Wanita yang hasil test negatif pada awal kehamilan masih bisa terinfeksi HIV selama kehamilan (oleh sebab itu harus tetap mengikuti program PMTCT
 
3. Tanpa konseling, wanita dengan HIV positif dengan berbagai alasan bisa tidak meminum ARV yang diberikan secara teratur dan terus-menerus
 
4. ARV adalah bagian dari PMTCT; PMTCT tidak hanya ARV; Konseling akan membantu memecahkan masalah termasuk motivasi keteraturan penggunaan ARV
 
5. Guna mencapai “success rate PMTCT” yang tinggi perlu didukung staf yang kompeten dan terlatih termasuk kemampuan “Health Education” yang di back-up dengan HIV testing dan konseling yang efektif. Tujuannya adalah untuk mengantisipasi salah-pengertian tentang HIV dan AIDS, yang menimbulkan stigma dan diskriminasi.
 
 
KUNCINYA: UNIVERSAL ACCESS
 
Pengertian universal akses dapat dibaca di UNIVERSAL ACCESS (1): TANTANGANNYA TANTANGAN yang secara umum artinya adalah jangkauan menyeluruh dari seluruh aspek pelayanan kesehatan. Semua wanita (tanpa melihat status sosial ekonomi dan lokasi geografis) harus bisa mendapatkan akses universal yang bermutu dalam pelayanan PMTCTmulai pencegahan sampai dukungan, perawatan dan pengobatan (Prong 1 s/d 4) guna kesehatannya sendiri, maupun anaknya, mulai persalinan sampai tumbuh dan berkembang. Berarti hal-hal yang menghambat PMTCT harus diatasi: Sosial, budaya dan tehnik pelayanannya.

No comments:


Most Recent Post