Monday, April 1, 2013

PENGENDALIAN TB: SUKSES TETAPI PERLU INOVASI BARU (1)

Success Story dalam pengendalian TB di Indonesia cukup banyak. Bisa kita lihat bahwa sejak 1995 terdapat 800.000 orang telah diselamatkan dari kematian dan sebanyak 2,1 juta orang penderita TB berhasil disembuhkan. Angka kesembuhan terus meningkat, sehingga sejak tahun 2010 mencapai 87 persen (target global: 85%). Tidak heran bila sasaran MDG (Millennium Development Goals) tahun 2015 tercapai sebelum waktunya.
 
 
PENGHARGAAN
 
Penghargaan tingkat internasional pun banyak diterima. Diantaranya adalah dari Sekjen PBB, BAN Ki-moon yang disampaikan kepada pemerintah RI tanggal 7 Maret 2012 dan Champion Award for Exceptional Work in the Fight Against Tuberculosis dari USAID kepada Kementerian Kesehatan RI pada tanggal 20 Maret 2012. Intinya adalah:

1.    Keberhasilan mencapai MDG (untuk TB)
2.    Kepemimpinan dalam meningkatkan akses penderita TB dan membangun kemitraan
3.    Kepemimpinan dalam pengendalian TB

Perlu dicatat bahwa Indonesia adalah negara pertama yang memperoleh penghargaan dari USAID dalam pengendalian TB.
 
 
TANTANGAN KE DEPAN
 
Guna mencapai visi dunia yang bebas TB pada tahun 2050, walau saat ini kita telah berhasil mencapai sasaran milenium tahun 2015, bukannya semakin kecil. Justru menjadi semakin besar, bahkan kalau tidak diwaspadai dan diantisipasi dari sekarang, perjuangan keras yang dilakukan sejak pelaksanaan strategi DOTS pada tahun 2005 bisa menjadi sia-sia (Dapat dibaca di: Strategi melawan tuberculosis dengan DOTS (1) dan seterusnya.
 
Selain kolaborasi dua penyakit yaitu TB dan HIV yang satu sama lain saling memperberat, masih banyak tantangan-tantangan lain yang harus kita hadapi, misalnya:

1. Munculnya TB Resisten obat: MDR-TB (Resisten kepada obat lini-1 INH dan Rifampisin) dan lebih berbahaya lagi adalah XDR-TB (Resisten kepada obat lini-2 (Fluoroquinolone dan obat suntik). Seperti kita ketahui, untuk TB yang tidak resisten obat angka kesembuhannya 95%, yang resisten obat untuk MDR-TB masih bisa 50-70 %, itupun harus berobat selama hampir 2 tahun, sedangkan yang XDR-TB angka kesembuhan cuma 10-30 %.

2. Rokok terkait dengan TB. Seorang perokok rawan kena TB demikian pula kalau kena TB lebih susah sembuh. Padahal didunia ini dalam urusan merokok, orang Indonesia ranking 3. Satu dari empat orang Indonesia merokok. Demikian pula jumlah perokok wanita dan remaja meningkat. Dan yang menyedihkan 70 % perokok termasuk dalam katagori miskin.


3. TB terkait dengan kemiskinan. Orang miskin mudah kena TB dan kalau kena TB karena produktifitas menurun maka orang bisa jadi miskin. Jadilah lingkaran setan: TB dan kemiskinan. (Baca: Tuberkulosis dan kemiskinan).


4. TB terkait dengan Diabetes (kencing manis). Dengan makin tingginya umur harapan hidup manusia dan keberhasilan program pengendalian penyakit menular, maka proporsi dan jumlah penderita penyakit tidak menular meningkat. Salah satunya adalah diabetes mellitus (kencing manis). Antara kencing manis yang tidak menular dan TB yang menular, keduanya bekerjasama untuk melumpuhkan manusia. Dapat dibaca pada posting Tuberkulosis dan diabetes mellitus: Tantangan baru.


5. TB menduduki ranking 7 untuk penyebab kematian ibu dan ranking 1 untuk penyebab kematian tidak langsung akibat persalinan


TRANSFORMASI PROGRAM PENGENDALIAN TB

Melihat besarnya tantangan yang sudah kita ketahui saat ini, dengan kemungkinan munculnya tantangan baru yang lebih heboh , maka program pengendalian TB selalu mengalami transformasi. Tahun 2004 kita berupaya keras untuk menerapkan strategi DOTS secara lebih baik. Tahun 2007 kita menerapkan Stop TB Strategy yang lebih luas, maka pada tahun 2015 nanti kita harus memperbaiki strategi pengendalian TB dengan:

1. Memberikan pelayanan yang lebih inovatif dan berpihak kepada pasien
2. Kebijakan yang lebih berani dan didukung oleh sistem yang jelas
3. Intensifikasi dan inovasi penelitian


Mengapa harus lebih inovatif? Dapat dibaca pada posting selanjutnya PENGENDALIAN TB: SUKSES TETAPI PERLU INOVASI BARU (2)

No comments:


Most Recent Post