Telah dijelaskan pada tulisan Batuk: Gejala penyakit yang banyak diabaikan bahwa batuk adalah refleks untuk
menyingkirkan “sesuatu” yang mengiritasi saluran pernapasan mulai dari yang paling
atas sampai paling ujung di alveoli paru. Harus disyukuri bahwa Allah
mengaruniai kita “refleks batuk” sebagai suatu mekanisme pertahanan diri
sekaligus sebagai “early warning” bahwa ada “something wrong” dalam saluran
pernapasan kita
Batuk akibat Flu sebenarnya dapat
sembuh sendiri dalam beberapa hari melalui mekanisme pertahanan alami tubuh
manusia, sepanjang kita cukup istirahat dan makan menu yang bergizi. Masalah
mulai timbul ketika batuk berkepanjangan sampai tiga minggu atau lebih. Dalam
hal ini manusia sebagai makhluk yang dikaruniai “akal” seharusnya berpikir:
“Ada apa dengan paru-paru saya? Jangan-jangan B3 (Batuk-batuk banyak) saya ternyata
B3 (Bukan Batuk Biasa). Salah satu yang harus dipikirkan adalah kemungkinan
kita terkena TB Paru.
MENGAPA
KITA TIDAK MAU MEMIKIRKAN “JANGAN-JANGAN TB PARU”
Ada beberapa alasan dalam hal ini,
antara lain:
1. Memang
tidak tahu kalau batuk kronis adalah salah satu gejala TB paru sehingga
dibiarkan berlanjut dan berlalu tanpa perhatian.
2. Adanya
salah informasi yang menekankan bahwa gejala TB Paru adalah batuk dengan dahak
bercampur darah sehingga rumusnya menjadi “Tidak ada darah berarti tidak ada
TB”. Sebagai ilustrasi, awal tugas saya pada tahun 1978 adalah di Puskesmas
Sulamadaha, Kecamatan Pulau Ternate. Dalam bahasa daerah setempat, batuk
disebut “hokehe”, “darah” dikatakan “au” dan “tidak” adalah “ua”. Batuk darah
dalam bahasa sehari-hari dikatakan “hokehe au”. Maka hari-hari terjadilah
dialog antara Pak Mantri dengan pasien. Hokehe? Hokehe! Au? Ua! Ua au? Ua!
Hanya dengan tiga kata: “Hokehe, au dan ua” maka kita bisa menetapkan seorang
pasien mendapat injeksi Streptomisin dan tablet INH. Tapi ini adalah ceritera
lebih dari 30 tahun yang lalu.
3. Tidak
ingin didiagnosa TB paru. Manusia memang aneh. Mereka bisa bangga kalau
didiagnosa kholesterol atau kencing manis. Tetapi jangan TB Paru, rasanya
seperti diberi label kena penyakit kalangan bawah yang merendahkan status
sosialnya. Dalam hal ini mereka menggunakan rumus lebih baik tidak tahu
daripada ketahuan.
PIKIRKAN
TB PARU KALAU ADA GEJALA SEPERTI INI
TB paru adalah penyakit yang dapat
disembuhkan tuntas. Semakin dini ditemukan semakin baik proses penyembuhannya.
Semakin lambat ditemukan, walau masih tetap dapat disembuhkan, tetapi risikonya
akan sama dengan apa saja yang terlambat: berakhir dengan penyesalan bahwa
:nasi sudah terlanjur menjadi bubur”.
Oleh sebab itu curigailah TB Paru apabila
ada gejala-gejala sebagai berikut:
1.
Batuk
lebih dari 3 minggu
2.
Dada
sakit
3.
Dahak
bercampur darah
4.
Merasa
lemah, cepat lelah
5.
Nafsu
makan berkurang, berat badan turun
6.
Demam
dan berkeringat pada malam hari.
ini dapat digunakan sebagai acuan untuk menjelaskan gejala TB Paru secara
sederhana.
Kata kuncinya adalah “batuk lebih dari
tiga minggu”. Jangan tunggu sampai terjadi batuk dengan dahak bercampur darah
karena berarti sudah terjadi kerusakan jaringan paru. Langsung saja ke
Puskesmas terdekat. Hampir semua Puskesmas di Indonesia mampu melakukan
diagnosa TB dengan baik dan menyediakan obat cuma-cuma dengan metode DOTS
(Directly Observed Treatment Short Course)
KESIMPULAN
WHO Global Tuberculosis Report 2012, menyatakan
bahwa pada tahun 2012, dunia telah berhasil menemukan 5,8 juta kasus TB baru,
yang merupakan 2/3 dari estimasi penderita TB yang diperkirakan mencapai 8,7
juta di seluruh indonesia.
Dengan semakin mantapnya pelaksanaan pengobatan TB Paru dengan strategi DOTS sejak 1995
Indonesia saat ini telah berhasil mencapai target MDGs 2015 untuk pengendalian TB:
Penemuan sudah di atas 70% dan keberhasilan penyembuhan melampaui 80%. Masalah
sekarang adalah menemukan yang belum ditemukan dan menyembuhkan yang belum
disembuhkan dalam upaya kita menuntaskan masalah TB khususnya TB Paru di
Indonesia.
Pemahaman dengan benar gejala-gejala
yang mengarah ke TB Paru disertai kesadaran untuk memeriksaan kesehatan akan
memberikan kontribusi tinggi dalam upaya pengendalian TB paru. Marilah kita
bersama-sama berangkat dari rumusan kata yang amat sederhana: B3 jangan-jangan B3. (IwMM)
No comments:
Post a Comment