“Lindungi Perempuan dan Anak dari HIV dan AIDS adalah
tema Nasional Hari AIDS Sedunia tahun 2012.
Hal ini sejalan dengan tema pokok global yaitu Getting to Zero: Zero
Transmission, Zero Discrimination dan Zero AIDS related death. Salah satu cara
penularan HIV adalah dari ibu HIV positif kepada janin dalam kandungannya, dan
wanita beserta anak termasuk salah satu obyek utama diskriminasi.
Saya kutip dari website Kementerian Kesehatan RI yang
disiarkan Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan
RI pada tanggal 9 Desember2012 sebagai berikut:
Menkes RI, dr.
Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, menegaskan, peran laki-laki dalam pencegahan HIV/AIDS
sangat penting, karena mereka harus sadar bahwa mereka harus bertanggung jawab
terhadap istri dan keluarganya, yakni dengan tidak melakukan praktek seksual
beresiko yang akan membahayakan generasi penerus bangsa. Menkes juga menyampaikan kalau laki-laki bertanggung jawab, dia akan
menghormati perempuan, maka dia bisa melindungi perempuan”. Menkes menegaskan
kembali bahwa hal terpenting adalah kesadaran akan pencegahan, yang merupakan HULU
dari upaya pengendalian HIV dan penyakit kelamin.
SEMUA BERANGKAT DARI “KELUARGA”
Semua berangkat dari rumah dan semua berangkat dari
keluarga. Dalam struktur organisasi keluarga, suami mempunyai jabatan strategis
yaitu “Kepala keluarga”. Sudah jamak bahwa yang namanya jabatan bisa
disalah-gunakan. Dalam kedudukan perempuan yang mempunyai “posisi tawar”
rendah, maka siapa yang akan mengontrol suami?
Penyalahgunaan wewenang dalam jabatan keluarga terkait
dengan upaya pengendalian HIV/AIDS adalah seperti apa yang disampaikan menkes
di atas: laki-laki jangan melakukan praktek seksual berisiko. Memang benar,
kalau risiko ditanggung sendiri OK lah. Tetapi risiko ini bisa ditanggung istri
dan anak yang dilahirkan dan tragisnya mereka tidak tahu apa-apa soal hal ini. Tahu-tahu
HIV positif. Kalau laki-laki tahu menghormati wanita, apalagi ini istri,
tentunya ia tidak akan membiarkan belahan jiwanya tertular HIV, dengan tidak
berperilaku seksual berisiko di luar sana.
Pembekalan untuk keluarga, utamanya bapak, ibu dan
anak-anak yang sudah remaja amat besar perannya dalam pencegahan HIV/AIDS. Satu
hal yang perlu dipahami betul: AIDS dapat dicegah, sepanyang kita tahu
bagaimana cara menularnya. Supaya tahu tentunya perlu diberi informasi yang
benar.
Peningkatan pengetahuan perlu disampaikan kepada
seluruh masyarakat, dimulai dari yang lebih tua, kemudian yang lebih muda,
15-24 tahun. Saat ini tingkat pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS masih
rendah. Oleh sebab itu dalam Goal ke 6 Millennium development Goals (MDGs)
salah satu indikatornya adalah meningkatkan pengetahuan renaja (15-24 tahun)
tentang hal ini.
SEBUAH ILUSTRASI
Lebih dari 20 tahun yang lalu, saya pernah
mendengarkan ceramah dr Rusmono, Irjen Depkes waktu itu, pada acara Rakerkesda
Prov Jawa Timur. Beliau membagi manusia dalam 4 jenis ditinjau dari kesopanan
dan kenakalannya. Kalau kata “manusia” saya ganti dengan “laki-laki” maka
menjadi seperti ini:
1. Sopan dan tidak nakal: Laki-laki teladan
2. Tidak sopan tapi tidak nakal: Masih OK
3. Tidak sopan dan nakal: Laki-laki jelek
4. Kelihatannya sopan tetapi nakal: laki-laki paling
jelek
Praktek
perilaku berisiko dalam bahasa umum dilakukan oleh laki-laki nakal. Ia tahu
bahwa perbuatan itu tidak baik, tetapi tidak tahu risikonya, mau coba-coba
barangkali tidak apa-apa, atau memang tidak mampu menahan hawa napsu. Kisah di
bawah adalah contoh ekstrim laki-laki nakal yang kelihatannya sopan dan ingin
coba-coba. Saya sajikan dalam gambar:
Gambar pertama:
Di rumah mungkin ia pamit sama istrinya dengan kata-kata romantis: “Aku pergi
tak kan lama, dik”. Kepada gadis mungilnya ia mungkin bilang: “Besok papa
pulang bawa boneka cantik”. Di luar rumah ternyata banyak godaan. Bekal nilai-nilai
moral dan pengetahuan tentang HIV/AIDS dan IMS (Infeksi Menular Seksual)
ternyata lemah. Pikirnya, dengan satu orang saja paling tidak apa-apa. “Have
fun!”
Gambar
kedua: Barangkali ia tidak pernah memikirkan perilaku seksual teman kencannya
yang baru ketemu itu. Juga perilaku teman kencan dari teman kencannya, dan
seterusnya. Kalau ia mau membayangkan saja, barangkali ngeri untuk melakukan
sesuatu yang berisiko diluaran. Jaringan lalulintas transaksi seksual hanya
dua: Dengan lawan jenis dan dengan sesama jenis. Tetapi padat.
Gambar ke
tiga: Si lelaki pulang, tidak lupa pula dengan “boneka” untuk anak
perempuannya. Tetapi ada satu yang mungkin saja ia bawa tanpa ia ketahui: Virus HIV.
EPILOG
Adalah
menyedihkan kalau oleh-oleh yang dibawa pulang sang ayah adalah “risiko” yang
bisa diderita istri dan mungkin bayinya nanti. Mudah-mudahan ia membaca dan
mengikuti pemberitaan tentang Tema Hari AIDS Sedunia tahun 2012 ini: “Lindungi
Perempuan dan Anak Dari HIV dan AIDS”, atau mendengan ajakan Menkes
kepada segenap masyarakat untuk menjaga kesehatan dan aktif melakukan
pencegahan untuk melindungi diri dan keluarga. (IwMM)
1 comment:
Yukon Gold Casino | Review (2021) | Games - CasinoNow
Yukon Gold Casino. Play all the games like video slots, blackjack, roulette, video poker, video pokies and so much more on our site. casinosites We aim to 카지노사이트 provide you Support: Email
Post a Comment