Sunday, December 16, 2012

KELAMBU DIPAKAI UNTUK MENJARING IKAN



Kelambu LLINs dibuat dari bahan sintetis yang kuat dan di “impregnasi” dengan insektisida, bukan sekedar dicelup. WHO memberikan spesifikasi teknis, efektif dipakai selama lima tahun atau dicuci sampai 20 kali. Jadi kalau tiga bulan sekali dicuci, klop untuk penggunaan lima tahun.
Harga per unit tidak mahal, dalam kisaran $ 5. Jadi kalau satu US Dollar setahunnya dengan jaminan proteksi aman dari malaria, bahkan dalam jangka panjang akan menurunkan populasi nyamuk secara bermakna, tentunya (meminjam istilah jaman agak dulu) “kelambunisasi” adalah langkah yang amat strategis.
“Apalagi kelambunya dikasih cuma-cuma, alias gratis”, demikian teman saya menimpali. Saya cuma senyum-senyum kecut: “Kita udah nyiapin exit strategy, Dik. Dua tahun lagi pasti beli sendiri dan tetap diberikan cuma-cuma kepada rakyat”.
“Asal memakainya betul saja. Ada yang dipakai menjaring ikan lho Mas”. Hal ini tidak saya bantah. Hanya saya katakan “kasuistik” sehingga tidak perlu dijadikan bahan pergunjingan. Kalau hal itu terjadi di negara kita, sebagai sesama anak bangsa jangan saling menelanjangi lah. Tapi kita juga jangan memberi peluang si pemberi kelambu yang dari negara kaya itu men”stupid-stupid”kan kita hanya karena masalah kelambu berinsektisida. Buktinya API (Annual Parasite Incidence) Malaria untuk negara kita sudah turun sampai 1,7 per seribu penduduk.
 
MENGAPA KELAMBU BERINSEKTISIDA DIGUNAKAN UNTUK KEPERLUAN LAIN
Kalau kita browsing di internet, memang ada beberapa tulisan mengenai hal ini. Ada satu tulisan yang saya senang membacanya, oleh Bernard Okebe dari Kenya di http://trial.eyesonmalaria.org/content/fishing-mosquito-nets ia berceritera tentang Duncan Nyambege, seorang pencari ikan. Nyambege setuju bahwa malaria adalah penyakit berbahaya. Tetapi ia juga melihat peluang lain yang bisa dimanfaatkan dengan adanya LLINs (Kelambu berinsektisida) disamping ia kesulitan dalam men “set up” kelambu di tempat tidur. Sakit malaria bisa diatasi dengan pergi ke klinik tetapi perut lapar hanya bisa diobati dengan cari makan. Dalam hal ini LLINs amat membantu.
Nyambege tentunya tidak berpikir bahwa dengan kecilnya lobang kelambu, maka ikan yang masih amat muda pun akan terjaring. Dalam jangka tidak terlalu lama populasi ikan akan semakin turun. Ia juga tidak memikirkan bahaya pencemaran insektisida di lingkungan.
Beda dengan Nyambege yang bermukim di tepian danau, maka Magdalina Odongo, adalah seorang ibu yang bertempat tinggal di daerah pertanian. Ia melihat LLINs amat bermanfaat untuk melindungi bibit tanamannya dari serangga. Oleh sebab itu LLINs yang ia terima dari petugas kesehatan digunakannya untuk melindungi tanamannya yang masih kecil-kecil.
Ternyata memang betul bahwa masih ada “gap” antara “needs” masyarakat menurut pandangan kita dengan “demand” masyarakat menurut pandangan mereka.
 
PENYULUHAN HARUS DITINGKATKAN, SASARAN PENYULUHAN HARUS TEPAT

Sudah benar sekali apa yang dilakukan, bahwa untuk menjangkau sasaran ibu dan balitanya, maka distribusi dilakukan di klinik KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) atau pada pelayanan Imunisasi. Sudah benar bahwa sebelum diberi kelambu, diberikan penyuluhan tentang manfaat kelambu dan cara penggunaannya. Demikian pula benar sekali bahwa ibu-ibu amat gembira pulang bawa kelambu.
Masalah timbul ketika ibu-ibu pulang, bapak-bapak yang diminta memasang kelambu tidak tahu apa yang harus dikerjakan. Kecuali ada petugas atau kader malaria yang mengikuti. Akhirnya kalau mereka kemudian meniru apa yang dilakukan Nyambega dan Odongo, ya jangan disalahkan. Kalau sampai masyarakat tidak tahu kemudian dikata-katai dengan bahasa kasar “misuse” maka sebenarnya salah ada pada petugas yang menyandang predikat “abdi masyarakat”.  
The wrong perceptions and practices about the mosquito nets among certain communities, confirm that the population needs more intensive education about the fight against malaria.
 

No comments:


Most Recent Post