Kelambu
LLINs dibuat dari bahan sintetis yang kuat dan di “impregnasi” dengan
insektisida, bukan sekedar dicelup. WHO memberikan spesifikasi teknis, efektif
dipakai selama lima tahun atau dicuci sampai 20 kali. Jadi kalau tiga bulan
sekali dicuci, klop untuk penggunaan lima tahun.
Harga
per unit tidak mahal, dalam kisaran $ 5. Jadi kalau satu US Dollar setahunnya
dengan jaminan proteksi aman dari malaria, bahkan dalam jangka panjang akan
menurunkan populasi nyamuk secara bermakna, tentunya (meminjam istilah jaman
agak dulu) “kelambunisasi” adalah langkah yang amat strategis.
“Apalagi
kelambunya dikasih cuma-cuma, alias gratis”, demikian teman saya menimpali.
Saya cuma senyum-senyum kecut: “Kita udah nyiapin exit strategy, Dik. Dua tahun
lagi pasti beli sendiri dan tetap diberikan cuma-cuma kepada rakyat”.
“Asal
memakainya betul saja. Ada yang dipakai menjaring ikan lho Mas”. Hal ini tidak
saya bantah. Hanya saya katakan “kasuistik” sehingga tidak perlu dijadikan
bahan pergunjingan. Kalau hal itu terjadi di negara kita, sebagai sesama anak
bangsa jangan saling menelanjangi lah. Tapi kita juga jangan memberi peluang si
pemberi kelambu yang dari negara kaya itu men”stupid-stupid”kan kita hanya
karena masalah kelambu berinsektisida. Buktinya API (Annual Parasite Incidence)
Malaria untuk negara kita sudah turun sampai 1,7 per seribu penduduk.
MENGAPA
KELAMBU BERINSEKTISIDA DIGUNAKAN UNTUK KEPERLUAN LAIN
Kalau
kita browsing di internet, memang ada beberapa tulisan mengenai hal ini. Ada
satu tulisan yang saya senang membacanya, oleh Bernard Okebe dari Kenya di http://trial.eyesonmalaria.org/content/fishing-mosquito-nets
ia berceritera tentang Duncan Nyambege, seorang pencari ikan. Nyambege setuju
bahwa malaria adalah penyakit berbahaya. Tetapi ia juga melihat peluang lain yang
bisa dimanfaatkan dengan adanya LLINs (Kelambu berinsektisida) disamping ia
kesulitan dalam men “set up” kelambu di tempat tidur. Sakit malaria bisa
diatasi dengan pergi ke klinik tetapi perut lapar hanya bisa diobati dengan
cari makan. Dalam hal ini LLINs amat membantu.
Nyambege
tentunya tidak berpikir bahwa dengan kecilnya lobang kelambu, maka ikan yang
masih amat muda pun akan terjaring. Dalam jangka tidak terlalu lama populasi
ikan akan semakin turun. Ia juga tidak memikirkan bahaya pencemaran insektisida
di lingkungan.
Beda
dengan Nyambege yang bermukim di tepian danau, maka Magdalina Odongo, adalah
seorang ibu yang bertempat tinggal di daerah pertanian. Ia melihat LLINs amat
bermanfaat untuk melindungi bibit tanamannya dari serangga. Oleh sebab itu
LLINs yang ia terima dari petugas kesehatan digunakannya untuk melindungi
tanamannya yang masih kecil-kecil.
Ternyata
memang betul bahwa masih ada “gap” antara “needs” masyarakat menurut pandangan
kita dengan “demand” masyarakat menurut pandangan mereka.
PENYULUHAN
HARUS DITINGKATKAN, SASARAN PENYULUHAN HARUS TEPAT
Sudah
benar sekali apa yang dilakukan, bahwa untuk menjangkau sasaran ibu dan
balitanya, maka distribusi dilakukan di klinik KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
atau pada pelayanan Imunisasi. Sudah benar bahwa sebelum diberi kelambu,
diberikan penyuluhan tentang manfaat kelambu dan cara penggunaannya. Demikian
pula benar sekali bahwa ibu-ibu amat gembira pulang bawa kelambu.
Masalah
timbul ketika ibu-ibu pulang, bapak-bapak yang diminta memasang kelambu tidak tahu apa yang harus
dikerjakan. Kecuali ada petugas atau kader malaria yang mengikuti. Akhirnya
kalau mereka kemudian meniru apa yang dilakukan Nyambega dan Odongo, ya jangan
disalahkan. Kalau sampai masyarakat tidak tahu kemudian dikata-katai dengan
bahasa kasar “misuse” maka sebenarnya salah ada pada petugas yang menyandang
predikat “abdi masyarakat”.
The wrong perceptions and practices about
the mosquito nets among certain communities, confirm that the population needs
more intensive education about the fight against malaria.
No comments:
Post a Comment