Sebelum kita sampai ke “Tuberkulosis” marilah
sejenak kita baca tulisan berjudul: Mulai 2014 Jokowi Larang Topeng Monyet.
Disebutkan bahwa Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo
memastikan larangan keberadaan topeng monyet di Jakarta mulai 2014. Jokowi
menginginkan agar monyet-monyet yang itu dibeli dan dipelihara di Taman
Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan.
Selanjutnya dapat dibaca bahwa menurut
Jokowi, permainan topeng monyet telah menyakiti fisik hewan primata itu. Untuk
meniadakan topeng monyet tersebut, Jokowi menyatakan bahwa Pemprov DKI akan
membeli monyet-monyet tersebut dan akan memindahkannya ke Taman Margasatwa
Ragunan (TMR).
Gubernur
tukang blusukan ini rupanya tidak main-main. Dapat kita baca di banyak media
online, antara lain: (1) Video Indosiar,
Gubernur temui tukang monyet (2)
Video Liputan 6, Jokowi
tengok monyet hasil razia (3) Tulisan di kompasiana.com, Jokowi dikatai Gubernur Monyet tidak
apa-apa dan (4) dari Yahoo News dengan judul, Jokowi: Saya Disebut Gubernur Monyet, Biarin
MENGAPA TOPENG MONYET SEHARUSNYA
DILARANG?
Pramudya
Harzani dari Dewan Pembina Jakarta Animal Aid Network (JANN) mengungkapkan
bahwa ada Tiga Alasan Mengapa Topeng
Monyet Memang Harus Dilarang, Ringkasnya
sebagai berikut:
(1)
TERKAIT HUKUM:
Pertama
adalah KUHP No. 302 yang mengatur tentang tindakan penyiksaan hewan, dan kedua
adalah UU No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Pasal 66 Ayat 2g.
Adapun yang ketiga adalah Permentan No. 95 Tahun 2012
tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan Pasal 83 Ayat 2,
Terdapat pula Perda
(DKI?) No. 11 Tahun
1995 tentang Pengawasan Hewan Rentan Rabies serta Pencegahan dan Penanggulangan
Rabies Pasal 6 Ayat 1 dan Perda(DKI?) No. 8 Tahun 2007
tentang Ketertiban Umum Pasal 17 Ayat 2.
(2)
TERKAIT ETIKA
Baik
terkait pekerja topeng monyet ataupun monyetnya sendiri. "Banyak
pekerja topeng monyet yang masih anak-anak”
(3) TERKAIT
KESEJAHTERAAN SATWA
Kesejahteraan satwa meliputi hak untuk hidup bebas,
hak bebas dari penyakit, dan sebagainya. Monyet
yang dijadikan obyek atraksi topeng monyet kehilangan kesejahteraannya.
Bila
kita melihat bagaimana monyet dilatih sebelum bisa tampil seperti Saridin yang
lucu, memang amat kasihan. Videonya dapat dilihat di:
"Jangan
anggap main-main. Topeng monyet itu sudah menjadi isu internasional. Kasihan
monyetnya," kata Jokowi.
Adalah
wajar bila poster sosialisasi Jakarta bebas topeng monyet yang dibuat oleh
Jakarta Animal Aid Network (JAAN) ini dipasang di sejumlah tempat, di Jakarta Poster tersebut menggambarkan karikatur monyet
yang tersiksa akibat topeng monyet. Gubernur Jokowi pun mengatakan, topeng
monyet sudah menjadi isue internasional. Kasihan monyetnya dan jangan anggap
main-main.
KAITAN DENGAN TUBERKULOSIS
Sebelum
sampai ke yang ilmiah, marilah kita sitir dulu beberapa tulisan di media online
sebagai berikut:
Selain
itu, menurut dia, ditemukan juga banyak monyet hasil penertiban yang mengidap
penyakit TBC dan hepatitis. Jokowi menjelaskan, penyakit tersebut sudah
terdeteksi menular kepada beberapa anak di wilayah permukiman kampung topeng
monyet.
“Monyet
itu bawa penyakit TBC dan hepatitis. Itu menular ke manusia, khususnya
anak-anak. Jadi (monyet) yang terjangkit harus dimusnahkan”. Demikian kurang
lebih dikatakan Gubernur Jokowi di Jakarta, 5 Nopember 2013. DKI tidak
mempunyai unit pemulihan kesehatan untuk penyakit ini. Hepatitis dan TBC sulit
disembuhkan, jadi terpaksa dimusnahkan. (Catatan penulis: memang protap secara
internasional demikian)
Monyet lebih baik hidup di alam bebas
dan bisa menularkan penyakit kepada manusia. Begitu pula sebaliknya, manusia
dapat menularkan penyakit ke monyet. Salah satu penyakit menular itu adalah
tuberkulosis (TBC)
EPILOG
Dalam
kaitan dengan penularan penyakit, sebenarnya bukan topeng monyetnya melainkan
kontak erat antara monyet dan manusia. Monyet dapat menularkan Tuberkulosis
kepada manusia, sebaliknya manusia juga dapat menularkan tuberkulosis kepada
monyet. Adakah bukti ilmiah tentang hal ini? Kita baca pada lanjutan tulisan
ini MONYET, MANUSIA DAN TUBERKULOSIS (2): TUBERKULOSIS PADA MONYET
Link
terkait penulisan dan gambar:
No comments:
Post a Comment