Pada
posting HIV: Dimana berada dan bagaimana cara penularannya telah disebutkan
bahwa HIV ditularkan melalui (1) Kontak dengan darah; (2) Kontak dengan sperma
atau cairan vagina; dan (3) Dari ibu HIV positif ke janin dalam kandungan.
Pada
awal-awal dunia mengenal HIV dan AIDS, penularan dari Ibu ke anak ini (Mother
to Child Transmission, biasa disingkat MTCT) sudah diperhitungkan tetapi
kasusnya belum ada. Pengendalian HIV dan AIDS masih berkutat pada penularan
akibat kontak dengan darah (misal transfusi, jarum suntik, tindik dan alat-alat
tusuk lainnya) dan kontak dengan cairan sperma atau vagina (melalui hubungan
seksual baik dengan sesama jenis atau berlainan jenis).
Penularan dari Ibu ke anak dapat
terjadi selama kehamilan, proses persalinan dan menyusui
apabila ibu tersebut HIV positif. Ibu yang HIV negatif tentusaja tidak mungkin
menularkan HIV ke bayinya. Masalahnya adalah tidak semua ibu tahu status
HIVnya: positif atau negatif karena tidak pernah melakukan tes HIV.
Adanya
penularan dari Ibu ke janin/anak menunjukkan bahwa HIV bukan lagi monopoli
kelompok-kelompok khusus manusia, tetapi sudah masuk ke masyarakat umum. Hal
ini perlu mendapatkan perhatian kita semua.
SEBERAPA BESAR MASALAHNYA?
UNAIDS
(2011) dalam World AIDS Day Report 2011 melaporkan bahwa pada tahun 2010
sekitar 390.000 anak usia dibawah 15 tahun terinfeksi HIV. Sebagian besar
terdapat pada negara berpenghasilan rendah dan menengah dan 90 persen
diantaranya adalah akibat penularan dari ibu ke anak selama kehamilan,
persalinan dan menyusui.
Menurut
WHO (2011) dalam Global HIV/AIDS Response: Epidemic update and health sector
progress towards Universal Access 2011 menjelaskan bahwa tanpa intervensi maka
20-45% bayi yang dilahirkan ibu HIV positif berpeluang terinfeksi HIV. Risiko
penularan nyaris hampir sama, baik pada saat kehamilan, persalinan maupun
menyusui, seperti dapat dilihat pada gambar di bawah:
Pada
abad 21 ini seorang ibu HIV positif yang hamil tidak perlu terlalu khawatir
bahwa janin dalam kandungannya akan terinfeksi HIV. Sejak 1995 sekitar 350.000
anak terhindar dari infeksi HIV karena ARV yang diminum ibunya. Masalahnya
adalah masih banyak Ibu yang tidak mempunyai akses kepada pelayanan pencegahan
dari ibu ke anak (Prevention of Mother to Child Transmission yang biasa disingkat
PMTCT).
Upaya
global dilaksanakan semakin intensif, sehingga bila pada tahun 2005 hanya 15%
dari Ibu HIV positif di negara berpenghasilan rendah dan menengah memperoleh
pelayanan PMTCT, maka pada tahun 2009 angka tersebut meningkat menjadi 53%.
EPILOG
Akses
wanita ke pelayanan PMTCT harus semakin ditingkatkan. Hal ini untuk menjaga dan
meningkatkan kesehatan wanita/ibu itu sendiri selama hamil dan setelah
kehamilan, demikian pula untuk mengurangi risiko melahirkan bayi dengan HIV
positif.
Dengan
minum ARV secara konsisten, maka risiko melahirkan bayi dengan HIV positif bisa
diturunkan sampai dibawah 5%. Demikian UNAIDS (2012) dalam World AIDS Day
Report – Result. Bahkan menurut aidsmap, risiko tersebut bisa diturunkan sampai
dibawah satu persen dengan minum ARV, melahirkan dengan sectio caesaria bila
viral load tinggi dan tidak memberikan ASI. Aidsmap juga mengutip hasil
penelitian di Denmark, bila semua petunjuk PMTCT diikuti secara konsisten maka
tidak ada bayi HIV positif yang dilahirkan ibu HIV positif.
Dapat
disimpulkan bahwa penularan HIV dari Ibu HIV positif merupakan masalah tetapi
dapat diatasi sepanjang prosedur diikuti secara konsisten dan konsekwen. Masalahnya
adalah ketersediaan dan akses terhadap pelayanan. Bila ketersediaan dan akses
sudah ada, mengapa peluang ini tidak dimanfaatkan?
Dilanjutkan
ke PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK (2): APAKAH PMTCT?
RUJUKAN BACAAN
De Cock K.M. et al (March
2000), "Prevention of mother-to-child HIV transmission in resource-poor
countries: translating research into policy and practice", JAMA 283(9)
WHO/UNAIDS/UNICEF (2011) ‚'Global HIV/AIDS Response: Epidemic update and health sector progress
towards Universal Access 2011'
Aidsmap:
http://www.aidsmap.com/page/1044918/
No comments:
Post a Comment