Apakah Indonesia benar-benar berhasil
dalam pelaksanaan program pengendalian TB? Data bisa saja tidak akurat, apalagi
kalau data dibuat sendiri. Kalau kita melihat country profile yang dapat dilihat di Global Tuberculosis Control (WHO, 2011) dan Global Tuberculosis Report (WHO, 2012) dari negara-negara high burden untuk TB, prevalensi dan
kematian akibat TB di Indonesia memang demikian pula Case Notification Rate (CNR) meningkat mendekati estimasi insidens
TB.
Memang masih ada gap antara kasus yang
dilaporkan (CNR) dan perkiraan insidens. Tetapi itulah tantangan kita untuk
memperkecil gap tersebut. Pemerintah Indonesia telah berketapan untuk
melaksanakan kewajiban melaporkan bagi semua sarana pelayanan kesehatan atas
semua kasus TB yang ditemukan.
Data di bawah menggambarkan trend
prevalensi, kematian, insidens dan Case Notification Rate TB di Indonesia, dari
WHO, 2011 dan 2012
JEMM
TB
Joint
External Tuberculosis Monitoring Mission (JEMM TB) 2013 yang berkunjung ke Indonesia,
diketuai Prof. Donald Enarson, senior advisor dari International Union Against Tuberculosis and Lung Diseases (IUATLD)
yang sering disebut sebagai the UNION
saja.
The Union didirikan bulan Oktober tahun
1920 di Paris, saat itu didukung 31 organisasi nasional paru yang membutuhkan
wadah untuk kegiatannya. Pada tahun 2009 the Union meredefinisi Visinya menjadi
Health Solution for the Poor dengan Misi: To bring innovation, expertise,
solutions and support to adress health challenges in low and middle income
populations.
Tim JEMM TB yang berkunjung ke
Indonesia pada tanggal 11-22 Februari 2013 ini beranggotakan 21 pakar TB
terkemuka di dunia, melakukan monitoring ke beberapa wilayah di Indonesia. Tujuan
kegiatan tersebut adalah untuk menilai kemajuan program pengendalian TB di
Indonesia.
Pada akhir kunjungan tim melaporkan
hasil monitoringnya kepada Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, SpA, MPH di
kantor Kemenkes, Jakarta.
TEMUAN
JEMM TB
Apa yang dilaporkan Prof. Donald
Enarson kepada Menteri Kesehatan RI di kantor Kemenkes yang juga dihadiri
mitra-mitra Kemenkes dalam pengendaliah TB di Indonesia amat melegakan. Artinya
Indonesia sudah melaksanakan komitmennya dalam pengendalian TB dengan baik.
Ada tujuh butir yang disampaikan Prof
Enarson, yaitu:
1.
Capaian
target Millennium Development Goals
untuk pengendalian TB di Indonesia memuaskan secara berkelanjutan
2.
Pencapaian
target global pengendalian TB di Indonesia selama satu dasawarsa terakhir
mengalami kemajuan yang bermakna
3.
Pengalaman
Indonesia yang unik dalam pelibatan seluruh layanan kesehatan dalam pelayanan
TB dengan strategi DOTS telah digunakan dalam penyusunan strategi pengendalian
TB global
4.
Keterlibatan
rumah sakit besar di Indonesia dalam pelayanan TB telah meningkatkan jumlah
pasien TB yang diobati
5.
Indonesia
telah melaksanakan pengenalan dan pengembangan layanan TB resisten obat dengan
PMDT (Programmatic Management of Drug-resistant
Tuberculosis).
6.
Pasien
TB dengan HIV di Indonesia telah memanfaatkan layanan komprehensif
berkesinambungan
7.
Peningkatan
kontribusi APBD untuk pembiayaan pelayanan TB telah membuka jalan bagi pencapaian
yang berkelanjutan pengendalian TB sampai saat ini
REKOMENDASI
JEMM TB
Terdapat 6 rekomendasi JEMM TB yang
disampaikan kepada Menteri Kesehatan. Sebagian rekomendasi memang telah
dirintis pelaksanaannya. Enam butir rekomendasi tesebut adalah sebagai berikut:
1.
Agar
menetapkan kebijakan mandatory notification atau wajib melaporkan kasus TB yang
ditemukan di setiap layanan kesehatan
2.
Agar
seluruh Dinas Kesehatan Provinsi membuat rencana kerja dan menyiapkan
pembiayaan dalam pelaksanaan pelayanan pasien TB resisten obat
3.
Agar
ditetapkan kebijakan yang menjamin tersedianya APBD yang berkelanjutan bagi
layanan pengendalian AIDS, TB dan Malaria
4.
Agar
dapat dijamin tersedianya akses universal terhadap layanan TB yang berkualitas
untuk semua kasus TB tanpa memandang status resistensi obat atau status HIV,
baik untuk pasien dewasa maupun pasien anak
5.
Agar
dipenuhi kebutuhan tenaga untuk melaksanakan semua komponen Strategi
Pengendalian TB Nasional dan kebutuhan tenaga tersebut hendaknya tercantum
dalam Rencana Pembangunan Kesehatan di Tingkat Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota
6.
Agar
pengambil kebijakan di bidang kesehatan di tingkat Provinsi meningkatkan
kerjasama dalam pelaksanaan tes dan konseling HIV bagi pasien TB dan memastikan
bahwa semua pasien TB-HIV menerima pengobatan antiretroviral dan kotrimoksasol
Pada kesempatan ini Menteri Kesehatan
RI telah memberikan komitmennya untuk menindak-lanjuti rekomendasi tim.
EPILOG
Apa yang direkomendasikan memang telah
diidentifikasi, bahkan telah dirintis pelaksanaannya, walau demikian tetap
diperlukan advokasi, bahkan high level advocacy oleh Pusat kepada pengambil
keputusan dan pemegang kebijakan termasuk para pemangku kepentingan di Daerah.
Perlu dicatat bahwa empat dari enam rekomendasi tersebut menyangkut kebijakan
di Daerah.
No comments:
Post a Comment