Dari
Fabel Aesop yang mengisahkan serigala dan nyamuk pada abad ke 7 sebelum masehi,
kita beralih ke Brothers Grimm, story
teller Jerman pada abad ke 18 yang kesohor dengan kisah Cinderella-nya. Salah
satu dongengnya adalah tentang singa dan nyamuk, yang intinya adalah nyamuk itu
pengganggu yang tidak pilih-pilih tapi ada kelemahannya. Alur ceriteranya juga
tidak bertele-tele dan mudah dipahami.
SINGA DAN NYAMUK
Seekor
nyamuk mendenging di telinga singa. Percuma upaya singa untuk menangkap maupun
mengusir. Samasekali tidak berhasil bahkan satu kali saking pegalnya yang
terpukul adalah telinga sendiri. Dengingnya jadi dua kali. Denging nyamuk dan
denging telinga kena pukul.
Dengan
sombong nyamuk sesumbar: “Hai singa, kamu boleh sebut dirimu raja hutan, tapi
bukan raja udara”. Kembali ia mengitari singa yang pada akhirnya hanya mampu
mengaum tanpa bisa apa-apa. Seisi hutan takut tetapi nyamuk ketawa-ketawa
sambil terus sesumbar: “Singa si raja hutan bertekuk lutut di hadapan nyamuk
kecil”.
Si
nyamuk pun terbang lagi dengan maksud menggoda singa. Dia tidak tahu di
dekatnya ada sarang laba-laba. Demikianlah nasib si nyamuk, terperangkap dalam jaring laba-laba dan menjadi mangsa laba-laba.
Di
bawah adalah tayangan youtube tentang kisah singa dan nyamuk.
PELAJARAN YANG DAPAT
DIPETIK
Nyamuk
menggigit tidak pilih-pilih karena ia yakin kelincahannya. Raja hutan pun dia
buat tidak berkutik. Manusia hendaknya hati-hati.
Tidak ada manusia kebal
malaria dan segampang itu menangkap nyamuk. Tetapi ada cara lain untuk
menangkap nyamuk ketimbang sibuk tepuk sana-sini yang tidak efektif.
Ada jaring
laba-laba, yang bisa kita samakan dengan kelambu. Bahkan nyamuk mati disitu
karena ada pembunuhnya. Hal ini mengingatkan kita kepada kelambu berinsektisida
atau LLINs.
No comments:
Post a Comment