Diantara
ketiga penyakit, AIDS, TB Paru dan Malaria, maka Malaria cukup beruntung karena
terkait dengan dunia binatang yaitu “nyamuk”,
sehingga dapat digunakan sebagai media untuk mendidik anak sejak kecil, bahwa
nyamuk itu berbahaya.
Kisah tersebut bisa dipakai sebagai “bed time story”. Tentunya harus
dijelaskan pelajaran apa yang dapat diambil dari dongeng-dongeng itu sesuai
tingkat kedewasaan yang kita dongengi.
Ada
beberapa fabel yang mengandung nilai-nilai moral dan berkaitan dengan nyamuk.
Yang tertua mungkin fabel dari Aesop, seorang budak dan story teller Yunani
yang lahir kira-kira tahun 620 sebelum masehi.
Salah satu ceriteranya adalah tentang
serigala dan nyamuk.
SERIGALA DAN NYAMUK
Adalah
seekor serigala ekornya terjepit di semak-belukar. Sementara ia sibuk
melepaskan ekornya dari jepitan, sekelompok nyamuk memanfaatkan peluang ini
untuk menggigit dan mengisap darah si serigala karena serigala tidak mampu
mengibas-ngibaskan ekornya guna mengusir
nyamuk.
Melihat
hal ini seekor landak yang kebetulan lewat menawarkan bantuan pada serigala
untuk mengusir nyamuk-nyamuk tersebut, sementara serigala berupaya melepaskan
ekornya dari jepitan.
Anehnya
serigala menolak bantuan landak. Ia punya alasan sendiri: “Terimakasih landak,
tetapi lebih baik tidak usah diusir. Nyamuk-nyamuk itu sudah kenyang, kalau
kamu usir akan datang serangga penggigit lain dengan nafsu makan baru dan aku
akan mati kehabisan darah”.
PELAJARAN YANG DAPAT
DIPETIK
Dari
sisi pengendalian penyakit, pendapat serigala ini salah. Dia benar untuk satu
hal, yaitu lebih baik menghadapi musuh lama yang sudah dikenal daripada musuh
baru yang samasekali belum diketahui seperti apa. Dia salah karena tidak
mengambil tindakan, padahal ada landak yang mau membantu supaya tidak digigit
nyamuk.
Moral
dari ceritera ini, serigala mewakili orang-orang yang seolah-olah mengacuhkan musuh
yang sebenarnya berbahaya padahal perilakunya sudah diketahui. Dalam
pengendalian malaria, masih ada orang-orang yang sebenarnya tahu bahwa
penyebabnya adalah nyamuk anopheles, yang tempat perindukannya ada disekitar
mereka, dan menggigit pada malam hari, tetapi tidak melakukan upaya untuk
membunuh dan menghindari gigitan nyamuk. Upaya yang dilakukan hanyalah kalau
sakit pergi berobat. Hal ini tidak menyelesaikan masalah.
Melalui
Aesop kita belajar, bahwa musuh lama yang sudah diketahui perilakunya harus
dibasmi secepatnya. Bila kita dalam kondisi tidak berdaya, jangan abaikan
bantuan orang lain. Apakah kita akan mengatakan: “Biarlah saya sakit malaria. Saya
sudah kenal penyakitnya dan tahu ada obat yang cespleng yaitu kombinasi
artemisinin?”
Dilanjutkan
ke Dongeng tentang nyamuk (2): SINGA DAN NYAMUK
No comments:
Post a Comment