Melanjutkan tulisan: Apa yang terjadibila penderita TB paru batuk, menurut
Global Tuberculosis Report, WHO 2012, upaya pengendalian TB global sudah
menunjukkan hasil yang bermakna, yaitu Rate kasus baru sudah menurun sampai 2,2
% pada periode 2011-2012 dan angka kematian akibat TB sudah turun 41 %
dibandingkan tahun 1990, yang berarti dunia sudah on track dalam mencapai
sasaran MDGs.
Walau demikian beban TB global masih berat. Estimasi jumlah
penderita TB baru pada tahun 2011 adalah 8,7 juta, dimana 13 % diantaranya
ko-infeksi dengan HIV. Demikian pula masih terdapat kurang-lebih 1,4 juta orang
meninggal akibat TB.
Kita bayangkan seandainya 8,7 juta
orang tersebut belum diobati dan batuk bersama-sama dalam keramaian metropolis
di Jakarta, berapa orang yang akan ketularan. Oleh sebab itu, jangan abaikan
batuk, apalagi kalau batuk berlanjut sampai lebih dari dua minggu.
FROM COUGH TO CURE
Bila kita membaca publikasi WHO (2008):
A Guide to Developing Knowledge, Attitude and Practice Surveys, dapat kita baca
pada Annex: A, Cough to Cure Pathway yang menggambarkan alur ideal perilaku
seorang penderita TB paru sejak batuk sampai sembuh dan barrier yang mungkin
menghalangi proses kesembuhan penderita tersebut.
Kita akan temukan
simpul-simpul perhentian dalam alur tersebut sekaligus dapat melakukan analisis
penyebabnya dan menentukan intervensi apa yang paling pas sehingga
hambatan-hambatan tersebut dapat dilewati dengan aman dan lancar.
Bila kita bandingkan dengan 8 simpul
yang perlu mendapat perhatian dalam pencapaian Universal Access, maka pada
Cough to Cure Pathway ini kita lebih melihat dari sisi penderita, sedangkan 8
simpul yang terkait dengan Universal Access lebih banyak hubungannya dengan
manajemen program. Tujuan akhirnya semua sama: Menyembuhkan yang harus diobati.
From Cough to Cure Pathway dapat
digambarkan sebagai berikut:
Dengan demikian terdapat 6 simpul yang
perlu mendapat perhatian sehingga penderita TB tidak salah arah, yaitu pada
saat:
1.
Penderita
dengan batuk mencari pengobatan
2.
sampai
ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang memberikan pelayanan dengan strategi DOTS
3.
Menegakkan
diagnosa dengan pemeriksaan dahak
4.
Memulai
pengobatan
5.
Melanjutkan
pengobatan dan Follow-up pengobatan
6.
Sembuh
Intinya adalah “Health Education”,
berangkat dari Health Seeking Behavior tetapi tidak boleh berhenti saat
penderita sampai di pintu pelayanan DOTS. Harus terus dibimbing, diarahkan dan
di awasi sampai keluar dari pintu DOTS dengan ucapan selamat bahwa penderita
telah sembuh. Barrier yang menghalangi perjalanan penderita harus disingkirkan
sehingga tidak ada hal-hal yang menghambat perjalanan menuju sembuh tersebut.
Sudah saatnya TB lengser dari percaturan dunia penyakit di bumi ini
No comments:
Post a Comment