Thursday, December 20, 2012

STIGMA DAN DISKRIMINASI (4): MENDUNG SEGERA BERLALU


“Health, HIV and human rights are inextricably linked. HIV responses need to ensure that human rights are protected and promoted. At the same time, the promotion and protection of human rights reduces HIV risk and vulnerability and makes HIV programmes more effective.
 
Those populations most vulnerable and at risk of HIV are often the same populations prone to human rights violations. HIV policies and programmes in the health sector must promote human rights and empower individuals to exercise their rights.”

Kalimat di atas disampaikan oleh Margaret Chan, Dirjen WHO pada statement Hari AIDS Sedunia 2010, dua tahun lalu. Ada tiga hal yang saling terkait: Health, HIV dan Human Right. Kebetulan semua diawali dengan huruf “H” menjadi 3H.
Kita garisbawahi bahwa pengabaian “human right” erat kaitannya dengan “stigma dan diskriminasi” yang justru menghambat upaya untuk mengendalikan HIV dam AIDS.
Lalu bagaimana cara kita mengatasinya? Bagaimana kita mengubah attitude negatif tersebut? Ada dua intervensi yang harus saling bergandengan, yaitu: Hukum dan Edukasi
 
MENGENAI HUKUM DAN EDUKASI: APA KATA MEREKA?
Kepemimpinan menjadi amat penting: “The fight against HIV/AIDS requires leadership from all parts of government - and it needs to go right to the top. AIDS is far more than a health crisis. It is a threat to development itself.”  Demikian dikatakan oleh Kofi Annan, Sekjen PBB. Sementara Ban Ki-moon, penggantinya, dalam menyoroti aspek hukum menjelaskan: "We can fight stigma. Enlightened laws and policies are key. But it begins with openness, the courage to speak out”. Keterbukaan dan keberanian bicara. Demikian Ban Ki-moon.
Pendidikan ternyata memegang peran kunci. Hal ini didukung oleh Shakira dalam posisinya sebagai Goodwill Ambassador Unicef, bahwa pendidikanlah yang paling efektif: “I’m a firm believer that education is the most efficient tool we have to make people aware and make our children aware, and to protect them from the scourge of the century, which is AIDS.”
Upaya meningkatkan pengetahuan, baik di tingkat lokal maupun nasional menjadi amat penting guna menciptakan lingkungan yang lebih bersahabat bagi ODHA Mereka juga anggota masyarakat yang sama kedudukannya dengan yang lain.
Peraturan perundang-undangan memang bisa dibuat secara khusus untuk melindungi hak asasi ODHA. Tetapi “hukum” yang berdiri sendirian tidak akan mampu mengatasi stigma dan diskriminasi selama masyarakat masih belum mempunyai pengetahuan dan pengertian yang benar tentang HIV/AIDS.
Ban Ki-moon, Shakira, Kofi Annan
 
BEBERAPA PENYEBAB STIGMA SEBENARNYA SUDAH DIANTISIPASI
Bahwa HIV/AIDS adalah amat menular, tidak dapat dicegah maupun diobati dan mematikan merupakan salah satu penyebab timbulnya stigma dan diskriminasi. Hal tersebut tidak benar. Itu pendapat dulu waktu AIDS pertama kali dikenal kira-kira tahun 1980an. Yang benar adalah:
1.    HIV/AIDS hanya menular dengan cara tertentu, oleh orang yang HIV positif melalui hubungan seksual tidak aman, darah dan produk darah lainnya yang tercemar HIV dan dari Ibu HIV positif kepada janin dalam kandungannya.

2.    HIV/AIDS dapat dihindari dan dicegah dengan tidak melakukan perilaku berisiko tertular.

3.    Ketersediaan obat (ARV) cuma-cuma dan meningkatnya akses ke fasilitas kesehatan menunjukkan hasil positif. Tidak hanya umur harapan hidup ODHA yang meningkat, tetapi juga kualitas hidupnya..
Kesimpulannya adalah: Beberapa penyebab stigma yang berlanjut dengan diskriminasi sebenarnya sudah berhasil diatasi. Mestinya masyarakat tidak usah terlalu takut lagi pada AIDS. Orang-orang yang ingin mengetahui status HIVnya seharusnya tidak segan-segan lagi untuk testing dan mendapatkan pengobatan bila diperlukan.
 
EPILOG:
Menyimpulkan tulisan ini, saya  cuplik release yang disiarkan Pusat Komunikasi Publik, Kemenkes RI. Dalam salah satu rangkaian kegiatan Hari AIDS Sedunia tahun 2012.
Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, mengajak kita semua: “Mari tingkatkan kepedulian kita. Bila ada orang yang terinfeksi HIV di sekitar kita, tetaplah mendukung dan jangan didiskriminasi”.
Kata kuncinya adalah: Peduli dan Tidak Diskriminasi.
Mari kita ikuti  supaya mendung stigma dan diskriminasi segera menyingkir, sehingga salah satu dari “tiga zero” yang merupakan tujuan kita bersama, yaitu “zero discrimination” segera terwujud. (IwMM)

No comments:


Most Recent Post