“Health, HIV and human rights are
inextricably linked. HIV responses need to ensure that human rights are
protected and promoted. At the same time, the promotion and protection of human
rights reduces HIV risk and vulnerability and makes HIV programmes more
effective.
Those populations most vulnerable and at risk of HIV are often the
same populations prone to human rights violations. HIV policies and programmes
in the health sector must promote human rights and empower individuals to
exercise their rights.”
Kalimat di atas disampaikan oleh Margaret Chan, Dirjen WHO pada statement Hari AIDS Sedunia 2010, dua tahun lalu. Ada tiga hal yang saling terkait: Health, HIV dan
Human Right. Kebetulan semua diawali dengan huruf “H” menjadi 3H.
Kita garisbawahi
bahwa pengabaian “human right” erat kaitannya dengan “stigma dan diskriminasi” yang
justru menghambat upaya untuk mengendalikan HIV dam AIDS.
Lalu bagaimana cara
kita mengatasinya? Bagaimana kita mengubah attitude negatif tersebut? Ada dua intervensi yang harus saling bergandengan, yaitu: Hukum dan Edukasi
MENGENAI HUKUM DAN EDUKASI: APA KATA
MEREKA?
Kepemimpinan
menjadi amat penting: “The fight
against HIV/AIDS requires leadership from all parts of government - and it
needs to go right to the top. AIDS is far more than a health crisis. It is a
threat to development itself.” Demikian
dikatakan oleh Kofi Annan, Sekjen PBB. Sementara Ban Ki-moon, penggantinya, dalam menyoroti aspek
hukum menjelaskan: "We can fight stigma. Enlightened laws and policies are
key. But it begins with openness, the courage to speak out”. Keterbukaan dan
keberanian bicara. Demikian Ban Ki-moon.
Pendidikan ternyata
memegang peran kunci. Hal ini didukung oleh Shakira dalam posisinya sebagai
Goodwill Ambassador Unicef, bahwa pendidikanlah yang paling efektif: “I’m a
firm believer that education is the most efficient tool we have to make people
aware and make our children aware, and to protect them from the scourge of the
century, which is AIDS.”
Upaya
meningkatkan pengetahuan, baik di tingkat lokal maupun nasional menjadi amat
penting guna menciptakan lingkungan yang lebih bersahabat bagi ODHA Mereka juga
anggota masyarakat yang sama kedudukannya dengan yang lain.
Peraturan
perundang-undangan memang bisa dibuat secara khusus untuk melindungi hak asasi
ODHA. Tetapi “hukum” yang berdiri sendirian tidak akan mampu mengatasi stigma
dan diskriminasi selama masyarakat masih belum mempunyai pengetahuan dan
pengertian yang benar tentang HIV/AIDS.
Ban Ki-moon, Shakira, Kofi Annan |
BEBERAPA
PENYEBAB STIGMA SEBENARNYA SUDAH DIANTISIPASI
Bahwa HIV/AIDS
adalah amat menular, tidak dapat dicegah maupun diobati dan mematikan merupakan
salah satu penyebab timbulnya stigma dan diskriminasi. Hal tersebut tidak
benar. Itu pendapat dulu waktu AIDS pertama kali dikenal kira-kira tahun
1980an. Yang benar adalah:
1.
HIV/AIDS
hanya menular dengan cara tertentu, oleh orang yang HIV positif melalui
hubungan seksual tidak aman, darah dan produk darah lainnya yang tercemar HIV
dan dari Ibu HIV positif kepada janin dalam kandungannya.
2.
HIV/AIDS
dapat dihindari dan dicegah dengan tidak melakukan perilaku berisiko tertular.
3.
Ketersediaan
obat (ARV) cuma-cuma dan meningkatnya akses ke fasilitas kesehatan menunjukkan
hasil positif. Tidak hanya umur harapan hidup ODHA yang meningkat, tetapi juga
kualitas hidupnya..
Kesimpulannya adalah: Beberapa
penyebab stigma yang berlanjut dengan diskriminasi sebenarnya sudah berhasil
diatasi. Mestinya masyarakat tidak usah terlalu takut lagi pada AIDS. Orang-orang
yang ingin mengetahui status HIVnya seharusnya tidak segan-segan lagi untuk
testing dan mendapatkan pengobatan bila diperlukan.
EPILOG:
Menyimpulkan tulisan
ini, saya cuplik release yang disiarkan Pusat Komunikasi Publik, Kemenkes RI. Dalam salah
satu rangkaian kegiatan Hari AIDS Sedunia tahun 2012.
Menteri Kesehatan RI, dr.
Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, mengajak kita semua: “Mari tingkatkan
kepedulian kita. Bila ada orang yang terinfeksi HIV di sekitar kita, tetaplah
mendukung dan jangan didiskriminasi”.
Kata
kuncinya adalah: Peduli dan Tidak Diskriminasi.
Mari kita ikuti supaya mendung stigma dan diskriminasi segera
menyingkir, sehingga salah satu dari “tiga zero” yang merupakan tujuan kita
bersama, yaitu “zero discrimination”
segera terwujud. (IwMM)
No comments:
Post a Comment