Saturday, December 22, 2012

NYAMUK MENGGESER JAM GIGIT DAN PINDAH TEMPAT MENYERGAP

Kelambu berinsektisida (LLINs) merupakan senjata utama dalam “global fight against malaria”. WHO menyatakan bahwa dalam setahun malaria membunuh lebih dari 650 ribu orang (utamanya di Afrika).
 
Adalah Amy Norton, dari Reuter, yang mengisahkan bahwa setelah dua desa di Afrika menggunakan kelambu, maka nyamuk setempat mengubah perilaku gigitnya. Menggeser jam gigit dan tempat gigit.
 
Ia menulis berdasarkan penelitian Vincent Corbel, dkk, dari Montpellier, France-based Institute of Research for Development, berjudul “Changes in Anopheles funestus Biting Behavior Following Universal Coverage of Long-Lasting Insecticidal Nets in Benin”, yang dimuat di Oxford journal.
 
Sebenarnya bukan hal aneh mengingat semua makhluk punya instink untuk mempertahankan hidup, apalagi yang ini adalah urusan mengisi perut. Tetapi karena masalahnya menjadi urusan keselamatan manusia, ceriteranya menjadi lain walaupun penelitiannya hanya di dua desa di Benin, Afrika.
 
 
JANGAN KEBURU TAKUT

Don Marquis
Sepertinya nyamuk tidak membiarkan manusia hidup dengan tenang. Atau manusia memang mangsanya nyamuk, seperti dikatakan oleh Don Marquis, seorang novelist Amerika (1878-1937): “A man thinks he amounts to a great deal but to a flea or a mosquito a human being is merely something good to eat”. Manusia jangan merasa hebat sendiri karena bagi nyamuk ia hanyalah sesuatu yang enak untuk dimakan.
Dalam tulisan “Dimana dan kapan nyamuk malaria menyergap kita” telah dijelaskan bahwa ada yang menggigit di luar rumah (exophagic) ada pula yang menggigit di dalam rumah (endophagic). Demikian pula jam gigitnya adalah malam hari dengan pembagian jam yang berbeda antar spesies. Ada yang agak sorean, ada yang tengah malam dan ada yang menjelang pagi.
Yang diteliti adalah Anopheles funestus, salah satu spesies terbesar di Afrika, yang kebetulan tidak termasuk dalam daftar 25 spesies Anopheles di Indonesia. Mudah-mudahan saja kalau si funestus ini cerdas, yang ada di Indonesia tidak secerdas dia. Tetapi kalau karena instink, ya tidak tahu lagi. Walaupun demikian jangan keburu takut, karena menurut Thomas Eisele, dari the Tulane University School of Public Health and Tropical Medicine, New Orleans, meneliti gigitan nyamuk akan banyak errorrnya.
Corbel menyatakan bahwa 3 tahun setelah “universal coverage” kelambu di desa itu, nyamuk Anopheles funestus yang puncak gigitannya biasa antara jam 2-3 pagi bergeser menjadi jam 5 pagi. Bahkan 26 % masih menggigit setelah jam 6 pagi.
Sedangkan untuk gigitan di luar rumah (Outdoor Biting) meningkat dari 45% menjadi 68% setelah 1 tahun kelambunisasi, dan 61% seleh 3 tahun penggunaan kelambu. Hal ini mengkhawatirkan karena penduduk desa biasa bangun pagi-pagi sekali untuk bekerja di kebun. Tentusaja sudah keluar dari lindungan kelambu.
 
EPILOG
Dua hal yang perlu kita perhatikan:
1.    Jangan terpaku pada rumus bahwa nyamuk Anopheles hanya menggigit pada malam hari

2.    LLINs digunakan untuik melindungi manusia dari gigitan nyamuk pada malam hari dan yang lebih penting lagi saat manusia tidur. Bila nyamuk menggeser jam gigit dan pindah menggigit di luar rumah, maka kelambu yang saat ini dinilai amat efektif bisa berkurang tingkat efektifitasnya.
Hasil penelitian di dua desa dalam beberapa tahun saja memang belum cukup untuk mendeteksi pergeseran perilaku nyamuk apalagi digeneralisasi secara global. Walaupun demikian kita telah diingatkan bahwa manusia jangan cepat puas dengan hasil yang ia capai. (IwMM)

No comments:


Most Recent Post