Saturday, December 1, 2012

AIDS: MAKNA "THE RED RIBBON"



Tahun lupa tapi peristiwanya “unforgettable”. Yang jelas sebelum 2008. Tepatnya di Hotel Majapahit, Surabaya. KPAD Jawa Timur menjadi tuan rumah suatu acara. 

Kami menunggu Ibu Nafsiah Mboi (sekarang Menkes), selaku Sekretaris KPAN untuk membuka acara yang seharusnya dibuka jam 19.00. Mungkin pesawat delay, beliau baru tiba sekitar jam 21. Sebagai Wakadinkes Jatim kala itu, saya ikut menyambut, dan ..... ditanya oleh beliau: “Kok tidak pakai pin?”

Maksud beliau adalah “pin” yang bergambar “the red ribbon”, pita merah yang selalu dipakai setiap ada acara yang berkaitan dengan kegiatan HIV/AIDS. Tadi panitia memang memberi “pin” kepada saya, untuk dipasang di kerah baju. Rupanya ujung kerah baju saya keras karena dilapisi plastik, jarumnya kalah kuat, sehingga bengkok. Pin saya masukkan saku baju tanpa upaya meminta ganti ke panitia. Ceriteranya belum selesai disini.  “Ibu Naf” begitu beliau minta dipanggil, meminta “pin” ke panitia dan memasangkan sendiri di kerah baju saya. Ternyata berhasil.

Malam itu juga di perjalanan pulang saya tanya staf yang mendampingi di acara tersebut: “Apa sih makna pita merah?” jawabnya terlalu sederhana: “Ya lambang AIDS to pak.” Dalam hati saya berpikir: “Tidak mungkin kalau cuma sekedar itu. Untuk apa Ibu Naf tadi repot-repot memasangkan pin untuk saya.”
 
 
THE RED RIBBON: ADA SEJARAHNYA

Tanggal 1 Desember nanti Bapak Ibu pasti melihat banyak orang mengenakan pin “the red ribbon” di dada, di ujung kerah baju atau dalam berbagai bentuk modifikasi misalnya sebagai “scarf”. Hal ini karena pada tanggal tersebut kita memperingati Hari AIDS Sedunia, atau World AIDS Day.

Pada saat ini "the red ribbon" telah menjadi lambang kepedulian terhadap AIDS, dikenakan semua orang guna memberi dukungan kepada Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) sekaligus mengenang mereka yang telah meninggal.

Tetapi darimanakah asal usulnya sehingga ada “The red ribbon? Bagi yang belum tahu, perlu mengetahuinya. Tidak kenal maka tidak sayang.
The Red Ribbon

Hari AIDS sedunia pertama kali diperingati pada tanggal 1 Desember 1988. Saat itu  “pita merah” belum dikenakan. Barulah 3 tahun kemudian, tepatnya tahun 1991 sekelompok artist dari Visual Aids di New York berbincang-bincang, melakukan "brain storming" dan menyimpulkan bahwa kita butuh “simbol visual” guna menyatakan kepedulian dan dukungan kepada ODHA atau PLWHA (People Living With HIV AIDS). Pada saat itu memang stigma dan prejudice terhadap orang dengan HIV/AIDS masih amat tinggi.

Diilhami “Yellow Ribbon” yang merupakan dukungan dan penghormatan kepada tentara Amerika pada masa perang teluk, maka disepakatilah untuk membuat hal semacam sebagai “simbol visual” kepedulian untuk AIDS. Tinggal menyepakati warna apa yang dipilih. Akhirnya dipilihlah warna merah, karena HIV AIDS ada kaitan dengan darah dan semangat sekaligus cinta.
 
 
THE RED RIBBON: SARAT MAKNA

Melalui pita merah yang lahir tahun 1991 ada tiga pesan utama terkandung didalamnya. Pesan tersebut adalah:

1.    CARE AND CONCERN: Kepedulian kepada mereka yang hidup dengan HIV, mereka yang sakit, kepada mereka yang telah meninggal dan kepada mereka yang memberikan kepedulian langsung kepada orang-orang yang terinfeksi
 
2.    HOPE: Harapan positif bahwa suatu saat akan ditemukan vaksin dan obat sehingga tidak ada lagi penderitaan, demikian pula harapan meningkatnya kualitas hidup bagi-orang-orang yang hidup dengan virus tersebut.

3.    SUPPORT: Dukungan simbolis kepada ODHA, kepada upaya-upaya untuk menemukan obat dan vaksin dan kepada mereka yang kehilangan teman, anggota keluarga maupun orang-orang tercinta akibat AIDS

“The red ribbon” saja memang tidak cukup. Tetapi melalui “the red ribbon” kita semua diingatkan untuk ingat.
 
 
MERUJUK KE LAGU “SCARLET RIBBON”

Adalah sebuah lagu “Scarlet ribbon”, artinya kurang lebih sama “pita merah”. Lagu ini mencapai puncak tangga kira-kira tahun 1956. Hampir semua penyanyi “Djadoel” pernah menembangkannya: Misalnya Patty Page, Doris Day, Harry Belafonte, Jim Reeves dan masih banyak lagi.

Gadis kecil dalam lagu Scarlet Ribbon

Lirik lagu yang dikarang Jack Segal pada tahun 1949 ini mengkisahkan seorang bapak yang mendengar anak gadis kecilnya berdoa sebelum tidur : “Send for me some scarlet ribbons; Scarlet ribbons for my hair”. Sang ayah mencoba mencari toko tetapi malam sudah terlalu larut; walaupun seluruh jalan sudah dia susuri sepanjang malam, ia gagal memperoleh pita merah. Menjelang pagi sang bapak kembali mengintip kamar anak gadisnya. Betapa kagetnya bahwa di tempat tidur si gadis kecil yang masih terlelap, bertebaran pita merah yang didambakan anaknya. Bapak itu tidak pernah mampu membayangkan dari mana asal usulnya.
 
Rasanya ada keterkaitan makna antara “Scarlet Ribbon” dan “Red Ribbon” Ada yang membutuhkan "pita merah", lambang  Care, Hope dan Support dan ada yang mengupayakan itu.
 
Dibawah dapat didengar lagu “Scarlet Ribbon” tetapi bukan dari empat penyanyi yang saya sebut di atas. Gambarnya bagus, sesuai alur cerita dalam lirik lagu.
 
 
 
EPILOG

Seandainya gadis kecil tadi adalah ODHA yang mendambakan “pita merah”, marilah kita menjadi ayah yang mendengar, tanggap dan melangkah sebagai bentuk kepedulian. Sang bapak memang tidak berhasil membawakan “pita merah” tetapi hal tersebut janganlah diartikan sebagai kegagalan. Ada tangan lain yang mendengar doa si gadis kecil sekaligus menghargai upaya ayahnya (IwMM)

Rujukan bacaan:

No comments:


Most Recent Post