Monday, November 12, 2012

THE GLOBAL FUND TO FIGHT AIDS, TUBERCULOSIS AND MALARIA


The Global Fund to Fight AIDS, Tuberculosis and Malaria, sering kita sebut lebih pendek The Global Fund saja, atau lebih populer dengan nama GFATM. Sebutan terakhir ini banyak dikenal tetapi banyak pula tidak dipahami. ATM tidak ada hubungan dengan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) tempat kita ambil atau kirim uang, tetapi singkatan dari 3 penyakit yaitu AIDS, Tuberkulosis dan Malaria.
 

GFATM operasional pada bulan Januari 2002, dengan sekretariat berkedudukan di Geneva, Switzerland. Sejak mulai beroperasi GFATM telah berperan sebagai sumber pendanaan yang cukup besar dalam pengendalian AIDS, Tuberkulosis dan Malaria di dunia. Sampai saat ini sebanyak 151 negara termasuk Indonesia, mendapat dukungan dana GFATM.
 
 
THE GLOBAL FUND: PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP
 
Sebagai “Public-Private Partnership” yang merupakan institusi pendanaan internasional, Global Fund tidak berperan dalam implementasi program. Model konsep dasar Global Fund adalah “country ownership” dan “performance-based funding”. Hal ini berarti masyarakat di suatu negara melaksanakan program yang telah mereka rencanakan dan Global Fund akan memberikan dananya. Tentusaja proposal harus disetujui Global Fund melalui CCM (Country Coordinating Mechanism) yang ada di tiap negara penerima hibah. Penggunaan anggaran diawasi melalui LFA (Local Fund Agency) dan kalau ada yang tidak beres maka dari OIG (Office of the Inspectorate General) The Global Fund akan turun.
 
Kemitraan dalam Global Fund terdiri dari berbagai unsur: Pemerintah, civil society, private sector dan juga perwakilan masyarakat terdampak ketiga penyakit tersebut. Penerima dana hibah juga bukan hanya pemerintah. Organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, institusi pendidikan dan organisasi-organisasi lainnya bisa menjadi penerima dana hibah yang disebut principal recipient. Diantara para principal recipient harus bersinergi dalam melaksanakan kegiatannya. Yang satu mendukung pencapaian target yang lainnya.
 
 
MEMBERI HASIL POSITIF
 
Program yang mendapat dukungan dana Global Fund pada umumnya menunjukkan keberhasilan dan memberikan kontribusi yang bermakna dalam pencapaian target global khususnya untuk pelayanan-pelayanan kunci seperti terapi anti retroviral kepada orang-orang yang hidup dengan HIV, pengobatan tuberkulosis dengan DOTS dan penggunaan kelambu berinsektisida untuk mencegah penularan malaria.
 
Pengadaan peralatan, pendampingan, pelatihan dan input-input lainnya dalam 10 tahun terakhir ini berhasil mendongkrak pencapaian program dan memberikan perubahan yang nyata dalam perjalanan penyakit khususnya AIDS, Tuberkulosis dan Malaria di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Di berbagai negara infeksi baru HIV menurun. Selain Indonesia, semakin banyak negara yang on track dalam eliminasi Malaria, demikian pula banyak negara termasuk Indonesia berhasil menurunkan kematian akibat Tuberkulosis sebesar 50 % dibandingkan tahun 1990.
 
 
GLOBAL FUND TIDAK SELAMANYA ADA
 
Apakah Global Fund dapat mempertahankan pendanaan bergantung kontribusi negara donor. Kenyataannya bahwa dana yang dihimpun pada saat ini menunjukkan penurunan. Global Fund harus menyiapkan langkah-langkah yang diperlukan supaya pelayanan esensial tetap berjalan. Transitional Funding Mechanism yang akan dilakukan bagaimanapun pasti akan berpengaruh terhadap jumlah dana dan program yang diterima suatu negara. Program-program non esensial dan program-program yang kinerjanya rendah tentu akan dihentikan pendanaannya. Negara penerima pun pasti akan di redefinisi lagi sesuai tingkat kemajuannya.
 
Gambar 2: Exit Strategy
Negara penerima hibah harus siap mengantisipasi. Ketika kita bertanya-tanya, apa yang akan kita lakukan pasca Millennium Development Goals 2015, maka harus ada satu pertanyaan lagi, apa yang harus kita lakukan kalau The Global Fund menghentikan bantuannya.
 
Indonesia sejak beberapa tahun yang lalu telah memikirkan dan menyiapkan hal ini. Telah disiapkan “Exit Strategy” supaya tetap “exist” dengan kesadaran penuh sejak awal bahwa semua bantuan luar negeri sifatnya adalah “suplemen” dalam rangka percepatan pencapaian sasaran. Bila penerima hibah adalah pemerintah, tentunya harus disiapkan oleh pemerintah pusat dan daerah. Bila yang menerima dana adalah non pemerintah, tentunya harus melakukan langkah-langkah yang sama.

Rujukan bacaan:

No comments:


Most Recent Post