“Case
Report” yang ditulis oleh Anita L Michela
dan H F A K Huchzermeyera dengan judul The zoonotic importance of Mycobacterium tuberculosis: transmission from human to monkey, yang dimuat di Journal
of the South African Veterinary Association (1998) 69(2): 64–65 (En.). ini merupakan contoh bagus dalam
pemahaman bahwa penyakit pada hewan dan manusia dapat saling terkait demikian
pula langkah-langkah diagnostik dan pelacakan epidemiologisnya.
Tulisan ini merupakan lanjutan dari MONYET, MANUSIA DAN TUBERKULOSIS (3): SIAPA YANG DULUAN MENULARKAN TB, MONYET ATAU MANUSIA? Kejadiannya
di Afrika Selatan, ceriteranya kurang lebih sebagai berikut:
RIWAYAT KASUS
Sekor monyet
jenis marmoset (Callithrix jacchus), berumur
3 tahun yang merupakan hewan piaraan sejak usia muda menderita sakit berat
dikirim ke praktek dokter hewan. Dalam pemeriksaan fisik dokter hewan menemukan
benjolan (nodul) di perut marmoset tersebut. Marmoset tersebut mati sebelum
dilakukan biopsi.
Pemeriksaan postmortem pun dilakukan. Benjolan perut yang
diidentifikasi sebagai abses pada kelenjar mesenterik dikirim ke Onderstepoort
Veterinary Institute, Pretoria untuk pemeriksaan biakan (kultur)
bakteriologis
Pada pemeriksaan mikroskopis ditemukan bakteri tahan
asam berbentuk batang dalam jumlah sedang. Mycobacterium tuberculosis berhasil
diisolasi dari spesimen setelah dibiakkan dengan media Loewenstein-Jensen.
Dilaksanakan tes standar biokimia untuk mengidentifikasi isolat yang diperoleh.
Sebagai tindak lanjut dari hasil pemeriksaan
terhadap marmoset, pemilik marmoset dan keluarganya dilakukan pemeriksaan
radiologis dada (thorax). Hasil yang diperoleh adalah terdapat tanda-tanda
tuberkulosis di paru kanan pada pemilik marmoset. Sebagai catatan: ia pernah
menderita TB di paru bagian kiri pada tahun 1988, tetapi telah dinyatakan
sembuh (case report ini diterbitkan tahun 1998). Walaupun pemeriksaan sputum
mikroskopis pada pemilik marmoset negatif, tetapi Mycobacterium tuberculosis
berhasil diisolasi pada pemeriksaan di Laboratorium
Tuberkulosis City Council di Pretoria.
Sampai disini dapat kita
simpulkan: (1) Monyet Marmoset mati karena TB dengan ditemukannya Mycobacterium
tuberculosis. (2) Pemilik marmoset pernah menderita TB di paru kanan sekitar 10
tahun yang lalu, sudah diobati dan dinyatakan sembuh. (3) Pemilik marmoset
kembali menderita TB di paru kanan. Mikroskopis negatif tetapi biakan positif.
Pertanyaannya adalah:
Marmoset kena TB tertular dari pemilik, atau pemilik kembali menderita TB
karena kambuh atau karena tertular dari marmoset piaraannya? Tentunya harus
dibuktikan, tidak sekedar menduga-duga.
GENOMING TYPING
Mycobacterium tuberculosis yang diisolasi dari
marmoset dan pemilik selanjutnya dibiakkan dengan media 7H9 Middlebrook selama
4-6 minggu. Biakan diinaktivasi pada suhu 80 derajat Celcius selama 25 menit
dan DNA diekstraksi. Seluruh sekuens IS6110 diamplifikasi dengan PCR.
Hasilnya adalah: Mycobacterium tuberculosis yang
diisolasi dari marmoset dan pemiliknya menunjukkan pola RFLP (Restriction
enzime Fragment Length Polymorphism) yang identik. Kedua isolat juga
dikonfirmasi melalui analisis komputer terhadap DNA fingerprints. Hasilnya 100%
homolog. Kesimpulannya adalah Mycobacterium tuberculosis marmoset dan pemilik
adalah sama.
Sampai disini masih belum selesai. Guna membuktikan tidak adanya intervensi
dari luar, maka dilakukanlah pemeriksaan banding terhadap seri Mycobacterium
tuberculosis (pada manusia) yang diambil dari daerah insidens TB yang tinggi di
Afrika Selatan. Ternyata tidak ada homologi yang signifikan.
EPILOG
Genoming typing terhadap Mycobacterium tuberculosis
dengan metoda RFLP merupakan tool yang kuat dalam studi epidemiologis untuk
melacak sumber penularan. Dalam kasus ini genoming typing berhasil menemukan
identitas dua isolat dan pada saat yang sama “karakter zoonotik” dari tuberkulosis.
Walaupun analisis terhadap isolat Mycobacterium
asli tahun 1988 diperlukan sebagai evidence, dalam hal ini pelapor yakin bahwa
transmisi TB dalam kasus ini adalah dari manusia ke monyet (anthropozoonosis).
Dalam hal ini fakta yang mendasari adalah: (1) Marmoset dipiara pemilik sejak
usia amat muda. Hal ini mengurangi kemungkinan tertular dari sumber lain
demikian pula mengurangi kemungkinan sebagai sumber penularan kepada
pemiliknya. (2) Identitas strain yang diisolasi, didukung riwayat penyakit TB
pada pemilik marmoset lebih kuat mengarah kepada reaktivasi penyakit yang
pernah diderita.
Pelapor dalam hal ini sekaligus mengingatkan kepada
pemilik binatang (kesayangan) agar hati-hati terhadap kemungkinan penularan
infeksi mikobakterium dari pemilik kepada binatang kesayangan.
Dilanjutkan ke MONYET, MANUSIA DAN
TUBERKULOSIS (5): LANGKAH-LANGKAH YANG PERLU DILAKUKAN
Rujukan
Bacaan
Journal
of the South African Veterinary Association (1998)
69(2): 64–65 (En.). Tuberculosis Laboratory, Onderstepoort Veterinary
Institute, Private Bag
X05, Onderstepoort, 0110 South Africa
The
zoonotic importance of Mycobacterium tuberculosis: transmission from human to
monkey. Anita L Michela and H F A K Huchzermeyerahttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9760401
www.zoonar.com (gambar monyet marmoset)